Friday, July 18, 2008

“PEMANFAATAN EKSTRAK BATANG PISANG BATU (Musa brachycarpa) SEBAGAI SAMPO TRADISIONAL UNTUK MENGATASI KERONTOKAN RAMBUT”


Latar Belakang

Di zaman serba modern ini, semakin banyak produk kesehatan rambut bermunculan di tengah masyarakat luas seperti sampo, hair tonic, conditioner, dsb, yang kurang dipahami betul dampak pemakaiannya karena kebanyakan dari mereka terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat merusak kulit kepala dan rambut bila pemakaiannya berulang kali dalam jangka waktu yang panjang. Apalagi jika kulit kepala mereka tidak cocok dengan produk kesehatan rambut modern, terutama sampo, sehingga dapat menyebabkan ketombe, gatal-gatal, serta kerontokan rambut. Karena itu, sering kali kita kesulitan untuk mendapatkan sampo yang cocok dengan jenis kulit kepala kita. Bahkan, menurut temuan terbaru dari ahli medis di Amerika Serikat, pada sejumlah produk sampo modern ditemukan zat kimia bernama methylisothiazolinone (MIT) yang bisa berpengaruh pada perkembangan sel saraf. Sebenarnya akan lebih baik apabila menggunakan sampo berbahan alami yang tidak menimbulkan efek samping.

Tidak seperti zaman dahulu dimana semuanya bergantung kepada alam. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya jenis sampo modern yang hanya mementingkan busa dan aroma, bukan manfaat utamanya, yaitu membersihkan rambut. Padahal, untuk membersihkan rambut, orang dahulu menggunakan sampo lidah buaya ataupun merang padi yang tidak berbusa dan beraroma menyengat, namun sangat bermanfaat dan tidak berefek samping.
Sehubungan dengan itu, sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Bali untuk mengkonsumsi sayur ares (sayur yang dibuat dari batang pisang batu yang masih muda) sehari-harinya, maupun pada hari-hari besar tertentu seperti Galungan dan Kuningan. Karena itu, sebagian besar dari mereka memiliki rambut yang hitam, subur, tidak mudah rontok, lebat, dan indah. Akan tetapi, hal tersebut belum pernah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah apakah dengan mengkonsumsi sayur ares, rambut kita dapat tumbuh subur dan lebat. Mungkin, hal itu disebabkan oleh zat-zat tertentu yang terkandung dalam batang pisang. Sementara itu, kita dapat melihat bahwa banyak pohon pisang tumbuh di segala tempat, seperti di sawah, tanah kosong, hutan, dsb. Padahal, akan lebih bermanfaat bila batang pohon pisang dapat kita gunakan, selain buah dan daunnya, daripada pohon tersebut ditebang dan batangnya disia-siakan.
Berangkat dari kenyataan itu, penulis tertarik untuk mencoba menemukan alternatif lain dalam perawatan rambut yang dapat mengatasi kerontokan rambut dengan menggunakan ekstrak batang pisang sebagai sampo karena ada baiknya jika kita mulai memanfaatkan kembali kekayaan alam yang ada di sekitarnya Kerontokan rambut dipicu oleh banyak faktor mulai stress sampai pola makan yang salah. Padahal, kerontokan rambut ini dapat diatasi dengan bahan-bahan alami. Selain murah, sampo alami ini sangat mudah dihasilkan serta tidak merusak lingkungan. Memang pada kenyatannya sudah banyak ramuan sampo tradisional yang diketahui oleh masyarakat luas, seperti sampo dari lidah buaya maupun dari urang-aring, namun tidak ada salahnya bila kita menemukan cara yang terbaru demi menambah pengetahuan kita dalam meracik sampo alami.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mencoba merealisasikan ide tersebut dalam karya tulis ini dengan judul “PEMANFAATAN EKSTRAK BATANG PISANG BATU (Musa brachycarpa) SEBAGAI SAMPO TRADISIONAL UNTUK MENGATASI KERONTOKAN RAMBUT”.

Manfaat Penelitian

1. Dapat mengatasi kerontokan rambut dengan mudah dan cepat.
2. Dilihat dari segi ekonomisnya, sampo ini tidak teralu mahal untuk diperoleh dan bahkan menguntungkan bila kita menjualnya.
3. Sampo ini dapat digunakan oleh semua orang tanpa ada efek samping yang terkandung didalamnya.
4. Dapat dijadikan alternatif lain dalam menyuburkan rambut bila bahan-bahan sampo alami lainnya tidak tersedia di suatu tempat.
5. Dapat membuka wawasan kita lebih luas mengenai obat-obatan tradisional bahwa hampir semua tumbuhan di alam memiliki manfaat sebagai obat-obatan sehingga kita akan selalu terpacu untuk menemukan obat tradisional yang baru.
Pandangan Umum Mengenai Pisang

Menurut Anonim a (2006), tumbuhan pisang berasal dari Asia dan tersebar di spanyol, Itali, Indonesia, Amerika dan bagian dunia yang lain. Tumbuhan pisang menyukai daerah alam terbuka yang cukup sinar matahari, cocok tumbuh didataran rendah sampai pada ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang, Batang pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah. Menurut Made Astawan (2006), pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaat kepada manusia. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia.
Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang yang kurang lebih sudah dikenal menjadi 230 varietas. Pisang batu diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta Famili : Musaceae
Sub Divisi : Angiospermae Genus : Musa
Kelas : Monokotil Spesies : Musa brachycarpa
Ordo : Zingiberales

Tanaman serba guna pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai upacara adat. Buahnya dapat dimakan langsung atau diolah terlebih dahulu. Selain buahnya, tanaman pisang juga dapat dimanfaatkan dari bagian bonggol hingga daunnya. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas.
Mengenai kandungannya, getah batang pisang mengandung tanin dan asam galat, sedangkan buahnya mengandung noradrenalin, 5-hidroksi triptamin, depamin, vitamin A, B kompleks, C dan E, serta seratonin, pektin, dan tanin. (Anonim b, 2006)

Batang Pisang Batu sebagai Sayur Ares

Anonim c (2006) menjelaskan bahwa jukut (sayur) ares adalah sejenis lauk pauk yang dibuat dari batang pohon pisang yang muda (anak pohon pisang) dicampur dengan balung (tulang dengan sedikit daging yang masih melekat pada tulang), sedikit daging dan bumbu. Daging dan tulang yang digunakan bisa daging dan tulang sapi, daging dan tulang babi, daging dan tulang itik. Pada umumnya batang pisang batu (Musa brachycarpa) yang digunakan, namun tidak tertutup kemungkinan bila batang pisang jenis lainnya yang digunakan. Sayur ares yang dimakan bersama nasi, dijadikan menu makanan sehari-hari, serta dapat dibuat pada upacara keagamaan, disuguhkan kepada keluarga dan orang-orang yang ikut membantu pelaksanaan upacara. Beberapa masyarakat Bali mempercayai bahwa bila rajin mengkonsumsi sayur ares, maka rambut mereka akan menjadi subur, tidak mudah rontok, lebat, hitam, dan indah.

Pemahaman Mengenai Rambut Rontok

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui tiga fase, yaitu fase pertumbuhan (anagen), fase istirahat (katagen), dan fase kerontokan (telogen), baru kemudian dimulai lagi dengan fase anagen yang baru. Fase pertumbuhan rata-rata berjalan selama 1000 hari, sedangkan fase kerontokan berjalan selama 100 hari. Maka rata-rata perbandingan antara jumlah yang dalam fase pertumbuhan dan fase kerontokan berbanding 9 : 1. Sementara itu waktu fase istirahat (katogen) adalah sangat pendek, sehingga dapat diabaikan.
Rostamailis (2005:180) menjelaskan bahwa dalam bentuk yang nyata, jumlah normal dari rambut tersebut yang rontok setiap harinya berkisar antara 40 – 100 helai. Jadi, bila ada kerontokan rambut sekitar 50 helai per hari baik itu di bantal, baju, maupun pada saat menyisir rambut, maka kita tidak perlu bingung. Namun bila kerontokan rambut lebih dari 100 helai per hari dan terjadi terus menerus, tentu sangat diperlukan untuk mencari penyebab kerontokan tersebut dan segeralah mengobatinya. Bila tidak diobati sejak dini, kemungkinan besar akan timbul kebotakan suatu saat.

Penyebab Kerontokan Rambut

Sebelum membuat sampo tradisional pengobat kerontokan rambut, ada baiknya kita mengetahui lebih jauh tentang penyebab kerontokan rambut. Penyakit rambut rontok sering disebut dengan istilah Alopecia. Menurut Tri Wahyuni (2006), penyebab kerontokan secara umum antara lain:
1. Masa penyembuhan dari penyakit kronis seperti sifilis, malaria, tifus, dan sebagainya.
2. Baru saja melahirkan anak.
3. Kondisi jiwa tergoncang berkepanjangan, stress, atau banyak pikiran.
4. Menggunakan obat-obatan kimia yang justru kontraproduktif dengan pertumbuhan rambut.
5. Menggunakan sampo atau minyak rambut yang tidak semestinya.
6. Peredaran darah di kepala kurang lancar, sehingga kulit kepala kurang sehat.
7. Mengidap penyakit kulit kepala, misalnya ketombe.

Zat-Zat yang Dibutuhkan Rambut dalam Pertumbuhannya

Untuk dapat mengetahui proses kehidupan rambut, salah satu yang terpenting adalah mengatur perihal zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh rambut tersebut. Rambut adalah sesuatu yang hidup, artinya membutuhkan makanan, melakukan pertukaran zat (metabolisme), menjadi dewasa, tumbuh dan akhirnya juga menjadi tua, gugur, lalu mati.
Makanan yang banyak mengandung zat protein sangat membantu pertumbuhan rambut, baik yang dimakan langsung ataupun yang dioleskan dari luar atau dengan keramas. Namun, dalam hal ini bukan hanya zat-zat makanan yang mengandung protein saja yang dapat menyuburkan rambut, akan tetapi selalu ditunjang oleh vitamin-vitamin. Semua zat dan vitamin tersebut akan berbaur untuk menyuburkan rambut. Di antara banyaknya jenis-jenis vitamin yang dibutuhkan tubuh, para ahli kecantikan berpendapat bahwa vitamin A, B (terutama B2) sangat berpengaruh untuk pertumbuhan rambut. Pemikiran ini mengingat bahwa kekurangan kedua vitamin tersebut dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Bahan-bahan tersebut dapat berupa makanan ataupun bahan yang dipakai dari luar yang berupa krim, sampo, minyak, dsb.


Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pisau
2. Blender
3. Papan talenan
4. Saringan, usahakan yang berpori-pori sangat halus.
5. Baskom, sebagai wadah hasil pemotongan batang pisang dan hasil perasan sementara.
6. Botol (sebanyak 10 buah), dengan takaran masing-masing 1,5 liter.

Sedangkan bahan yang diperlukan adalah 12,8 kg batang pisang batu (Musa brachycarpa) yang masih muda. Jumlah sebanyak ini dapat diperoleh dari 8 batang pisang batu dimana masing-masing mempunyai massa 1,6 kg. Sebagai ciri-ciri dari pohon pisang batu yang masih muda, kita dapat melihat dari tingginya dan usianya. Tingginya lebih kurang 2 meter, sedangkan usianya sekitar 4 – 5 bulan.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terbagi atas 3 prosedur, yaitu:
Prosedur dalam Pembuatan Sampo Batang Pisang
Urutan tata cara dalam pembuatan sampo ini adalah:
1. Pebabatan delapan pohon pisang batu yang masih muda. Ambil batang pokoknya. Hal ini dilakukan pada tanggal 10 Desember 2006.
2. Selanjutnya, lapisan paling luar dan lapisan kedua dari luar, dikelupas sampai mendapat bagian dalamnya yang berstruktur halus dan mengkilap.
3. Batang pisang tersebut di potong kecil-kecil menggunakan pisau di atas papan talenan.
4. Setelah itu, masukkan potongan tersebut ke dalam blender dan kemudian blender sampai halus. Hal ini dilakukan supaya kita dapat mendapatkan ekstrak batang pisang lebih mudah.
5. Batang pisang yang telah diblender lebih kurang 30 detik hingga batang tersebut menjadi halus. Lakukan hal ini berulang kali.
6. Setelah diblender, keluarkan batang pisang yang telah hancur tersebut dan peras di atas saringan sampai sisa perasan menjadi kering. Dalam proses ini, jangan sampai ada ampas perasan yang masuk ke dalam ekstrak batang pisang tersebut.
7. Masukkan ekstrak batang pisang tersebut ke dalam botol yang telah disediakan, kemudian kemas botol tersebut dengan memberikan keterangan mengenai cara pemakaian dan cara penyimpanannya.
Prosedur dalam Penggunaan Sampo Batang Pisang
1. Tuangkan sampo ini sebanyak + 170ml lalu digosokkan pada rambut sampai rata.
2. Setelah itu, diamkan beberapa saat agar kandungan sampo tersebut dapat menyerap pada pori-pori kulit kepala.
3. Sebagai langkah terakhir, rambut dibilas dengan air sampai bersih.
Langkah 1 – 3 dilakukan berulang kali selama 14 kali setiap hari


Zat-Zat Aktif dalam Sampo Batang Pisang

Rambut yang tidak mudah rontok dikarenakan ia banyak mendapat asupan gizi yang cukup dan vitamin serta protein yang cukup. Protein, dengan penyusun utamanya unsur Carbon (C), Oksigen (O), dan Nitrogen (N), berfungsi dalam pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan sel-sel tubuh, termasuk rambut. Salah satu jenis protein yang terdapat di dalam sampo batang pisang batu yaitu protein nabati karena protein ini berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan itu, vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut di antaranya vitamin A atau Retinol (dengan gugus atom C20H30O) dan B2 atau Riboflafin (dengan gugus atom C17H22O6N4). Zat-zat tersebut dibutuhkan rambut karena ia berfungsi melindungi dan merawat pembuluh darah kapiler di kulit kepala sehingga rambut dapat tumbuh subur. Vitamin A juga menyebabkan kulit kepala sehat, maka rambut pun dapat tumbuh sehat dan subur. Dikarenakan sampo batang pisang ini dapat mengatasi kerontokan rambut dengan baik, maka dapat diketahui bahwa ia mengandung vitamin A dan protein.
Sementara itu, FG Winarno (2004:124) menambahkan pula bahwa vitamin A banyak terdapat pada bahan-bahan nabati. Hal ini memperkuat adanya kandungan vitamin A dalam sampo ini karena vitamin A banyak terdapat dalam sayuran hijau, dan batang pisang batu termasuk ke dalamnya. Ia juga menambahkan bahwa protein berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel-sel dan jaringan yang baru, dan hal mengindikasikan bahwa protein juga terkandung dalam sampo ini karena ia menyebabkan rambut tumbuh subur. Namun, vitamin B2 kemungkinan kecil terkandung dalam sampo ini karena pada umumnya vitamin ini terdapat pada biji-bijian, dan batang pisang bukan termasuk biji-bijian.



BIODATA PENULIS

PENULIS 1
Nama : Alex Raharja Hafil
Tempat dan Tanggal Lahir : Denpasar, 30 Agustus 1990
Alamat : Jl. Nangka Selatan gg XI no. 17, Denpasar
Kelas / No. induk : XI IPA5 / 7205
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar


PENULIS 2
Nama : I Gusti Ayu Nita Kusuma Dewi
Tempat dan Tanggal Lahir : Abiansemal, 24 Juni 1990
Alamat : Jl. Yani Utara, Perumahan Yani Permai
Kelas / No. induk : XI IPA3 / 7322
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar

Read More......

Saturday, June 14, 2008

“PARTISIPASI PELAJAR SMA DAN SMK DI DENPASAR DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TARI BALI MELALUI BEKERJA PARUH WAKTU SEBAGAI PENARI BALI”

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, sering kita jumpai remaja-remaja yang kurang mengisi waktu luang mereka dengan efektif, seperti bermalas-malasan di rumah, berkeliaran di pusat perbelanjaan dengan berseragam sekolah, maupun bergerombol sambil merokok di tepi jalan untuk melihat orang-orang yang berlalu-lalang. Kegiatan semacam ini dirasakan kurang bermanfaat dan dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti mengganggu ketentraman, terjadi perkelahian antar pelajar, dan sebagainya.
Di balik itu semua, sesungguhnya remaja mempunyai waktu luang yang sangat banyak, dari waktu pulang sekolah di siang hari, hingga malam hari menjelang waktu tidur. Walaupun waktu luang tersebut dikurangi oleh kegiatan belajar tambahan, seperti les mata pelajaran tertentu, tentunya mereka masih memiliki waktu luang yang banyak. Padahal, mereka dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif, seperti bekerja paruh waktu, apakah itu sebagai penjaga toko, penari, pengantar koran, dan sebagainya.
Bekerja paruh waktu tidaklah seperti pekerjaan tetap, melainkan bekerja hanya apabila ada tawaran kerja dan bekerja di saat-saat tertentu saja. Dengan bekerja paruh waktu, remaja akan terbiasa mengatur waktu belajar dan bekerja paruh waktu dengan baik, dan tentu saja mereka akan mempunyai pengalaman dalam bekerja sehingga kemungkinan mereka menjadi penggangguran sangat kecil karena pengalaman bekerja sangat dibutuhkan dalam memperoleh pekerjaan. Selain itu, hal terpenting yang dapat mereka peroleh dari bekerja paruh waktu adalah menghasilkan uang, apalagi remaja tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu, tentu saja bekerja paruh waktu dapat membantu keuangan keluarganya. Tidak seperti remaja lainnya yang hanya mengandalkan uang pemberian orang tua, mereka sudah terbiasa mandiri dalam memenuhi dan membeli kebutuhan pribadinya dari hasil usaha sendiri.
Sementara itu, bekerja paruh waktu khususnya di bidang seni, merupakan kegiatan yang bukan semata-mata hanya mencari uang, melainkan juga kegiatan dalam mengembangkan bakat, misalnya sebagai penyanyi, penari, dan pemain alat musik. Sehubungan dengan hal itu, kita mengetahui bahwa remaja di Bali sangat berperan penting dalam melestarikan seni budaya daerah Bali. Khususnya di bidang kesenian daerah, bekerja paruh waktu sebagai penari Bali tentu saja dapat melestarikan seni budaya Bali, karena secara langsung remaja tersebut melatih kemampuan menari Bali mereka terus menerus dan selanjutnya kemampuan mereka tersebut dapat mereka salurkan kepada orang lain. Hal itu berarti bahwa seni budaya daerah, khususnya tari Bali, akan tetap ada generasi penerusnya dan tidak akan punah. Dengan lestarinya seni budaya daerah, maka hal itu akan membantu terwujudnya ajeg Bali.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berminat untuk mengetahui lebih dalam mengenai manfaat dan kerugian dari bekerja paruh waktu yang dilakukan oleh remaja, khususnya pelajar SMA maupun SMK di Denpasar. Karena itu, penulis ingin mencoba menuangkannya ke dalam karya tulis ini dengan judul “PARTISIPASI PELAJAR SMA DAN SMK DI DENPASAR DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TARI BALI MELALUI BEKERJA PARUH WAKTU SEBAGAI PENARI BALI”.

1.2. Tujuan Penelitian

Penulisan karya tulis ini terbagi atas dua jenis tujuan, yaitu:
1.2.1. Tujuan khusus : penulisan karya tulis ini bertujuan dalam mengikuti lomba kaya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa.
1.2.2. Tujuan umum : ingin mengetahui manfaat dan kerugian yang dialami oleh remaja yang bekerja paruh waktu sebagai penari Bali, serta alasan apa yang menyebabkan mereka termotivasi untuk bekerja dalam bidang itu.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggunaan Waktu Luang pada Remaja

Menurut Y.M. Uttamo Thera (2006), kegiatan di masa remaja seringnya hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah. Selain itu, mereka bebas karena tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif, maka lingkungan sekitarnya dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut-ngebutan di jalan raya, mencuri, merusak, minum minuman keras, menggunaka narkoba, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus dan tersesat.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
Elmi Zulkarnain (2006) juga menambahkan bahwa hal yang perlu diingat adalah kegiatan apa saja yang dipilih oleh seseorang, khususnya remaja, sebagai pengisi waktu luangnya tidak lepas dari dukungan keluarga dan pihak sekolah berupa penyediaan sarana dan juga dorongan atau pengarahan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tertentu. Selain itu kegiatan waktu luang yang dipilih seseorang juga dipengaruhi oleh keperibadiannya.
Orang tua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir, dan juga agar mereka dapat menghasilkan uang sendiri. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang.

2.2. Bekerja Paruh Waktu Sambil Sekolah

Di dalam meraih kesuksesan, kita perlu berkomitmen untuk melaksanakan jadwal yang dibuat dengan disiplin. Walaupun para remaja disibukkan oleh sekolah atau kuliah, tidak ada salahnya kalau mereka mencoba mengenal dunia kerja daripada menbuang waktu untuk nongkrong dan main saja, apalagi kalau masih mempunyai waktu luang di luar jam kuliah atau sekolah.
Sebenarnya, kalau kita kreatif selalu ada peluang untuk mencari tambahan penghasilan. Kita dapat melirik bidang yang berhubungan dengan program studi yang sedang kita ikuti. Menurut pakar manajemen, Roy Sembel (2006), akan sangat baik bila kita bekerja sambilan dengan memanfaatkan ilmu yang sedang dipelajari.
Ia mencontohkan bahwa mahasiswa jurusan statistika bisa mulai berkiprah dengan cara memberikan konsultasi pengolahan data. Begitupula dengan mahasiswa jurusan Bahasa Inggris yang memberikan jasa penerjemahan. Sebenarnya, hal seperti ini sudah mulai dilakukan sebagian kecil mahasiswa yang kuliah di ITB, UI, IPB, Unpad, dan berbagai kampus lainnya. Biasanya, terkadang ada mahasiswa yang sudah mulai mengajarkan ilmu yang dimilikinya di bimbingan belajar. Bahkan, ada pula yang mengajar privat dari rumah ke rumah. Tidak tertutup kemungkinan juga bila pelajar SMA yang menggunakan ilmunya maupun bakatnya untuk bekerja, karena seperti yang kita ketahui bahwa banyak pelajar SMA yang mengambil kegiatan-kegiatan positif yang dapat mengembangkan bakatnya, seperti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
Apabila kita tertarik dengan dunia seni atau entertainment, kita dapat juga berkiprah di dunia itu tanpa harus meninggalkan tugas utama sebagai pelajar atau mahasiswa. Sebagai bukti, beberapa aktor dan aktris bisa sukses di dunia entertainment tanpa harus meninggalkan sekolah atau kuliah. Kendati demikian, kita juga melihat kalau sebenarnya minat mahasiswa dan pelajar SMA di Indonesia untuk kuliah atau belajar sambil bekerja, terbilang sangat minim. Bagi mahasiswa, hal ini diakibatkan beban kuliah di Indonesia yang sangat berat. Apalagi, total SKS per semester di Indonesia terbilang besar. Bisa juga minat mahasiswa untuk bekerja rendah, karena honor hasil kerja yang mereka terima sangat kecil. Padahal, mahasiswa di luar negeri yang kuliah sambil bekerja paruh waktu adalah hal yang biasa, seperti yang terjadi di Australia. Bagi para remaja Australia, bekerja sambil sekolah merupakan hal yang biasa. Sejak usia 15 tahun, mereka sudah mulai diperbolehkan untuk bekerja paruh waktu untuk dapat bekerja di restoran, kafe, atau menjadi kasir di pasar swalayan. Karenanya, tidak mengherankan remaja di sana sudah punya pengalaman kerja. Dari hasil kerja paruh waktu seperti itu, banyak remaja yang dapat membiayai kuliahnya sendiri.

2.3. Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja

alex
Menurut Zainun Mu’tadin (2006), setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya karena tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Kemandirian atau sering juga disebut berdiri diatas kaki sendiri, merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis sang remaja di masa mendatang. Di tengah berbagai gejolak perubahan yang terjadi di masa kini, betapa banyak remaja yang mengalami kekecewaan dan rasa frustrasi mendalam terhadap orang tua karena tidak kunjung mendapatkan apa yang dinamakan kemandirian.
Mencermati kenyataan tersebut, peran orang tua sangatlah besar dalam proses pembentukan kemandirian seseorang. Orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dengan demikian, anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri.

Kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
- Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
- Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
- Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
- Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian, remaja akan remaja dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap dan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.

METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel

Populasinya adalah para pelajar SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) dan SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan Negeri) yang berlokasi di kota Denpasar. Populasi juga harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tari di sekolahnya dengan pertimbangan bahwa pelajar SMAN dan SMAKN yang mengikuti kegiatan tersebut berarti mereka mempunyai bakat dan pengalaman lebih banyak dalam menari, sehingga kemungkinan besar mereka mempunyai pekerjaan paruh waktu sebagai penari.
Dalam pemilihan sampel, penulis menggunakan teknik Non Random Sampling, dimana tidak semua anggota populasi mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi sampel, karena tidak semua anggota ekstrakulier tari di masing-masing sekolah mempunyai pekerjaan paruh waktu sebagai penari Bali. Pemilihan sampel dilakukan di SMAN 3 Denpasar dan SMKN 5 Denpasar karena kedua sekolah tersebut merupakan sekolah yang banyak berkecimpung dalam dunia kesenian daerah, jadi memudahkan penulis untuk bertemu dengan para anggota kelompok ekstrakulikuler tari di masing-masing sekolah. Teknik pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Penulis mengumpulkan anggota ekstrakulikuler tari di masing-masing sekolah di suatu tempat.
2. Setelah terkumpul, penulis menanyakan satu per satu kepada mereka apakah mereka memiliki pekerjaan paruh waktu sebagai penari Bali. Bagi yang menjawab ya, berarti mereka terpilih menjadi sampel, dan kemudian penulis langsung memberikan kuisioner kepada mereka, dan selang beberapa menit, penulis mengumpulkan kuisioner yang telah diberikan.
Karena itu, dalam penelitian ini terpilihlah sampel berupa 6 (enam) pelajar SMAN 3 Denpasar, dan 11 (sebelas) pelajar SMKN 5 Denpasar dengan jumlah sampel total sebanyak 17 (tujuh belas) orang. Dalam penelitian ini, walaupun sampel berasal dari sekolah yang berbeda, hal itu tidak mempengaruhi pengelompokkan data berasal dari sekolah yang sama, sehingga penulis menganggap bahwa semua sampel tersebut adalah sama.

3.4. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang penulis jalani dalam memperoleh data dari para sampel, yaitu:
1. Penyusunan kuisioner dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2006. Dalam kuisioner, penulis mengajukan dua jenis pertanyaan, yaitu:
a. Pertanyaan berupa soal-soal berpilihan ganda, dimana sampel menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang sudah tersedia. Mereka boleh memilih jawaban lebih dari satu. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah sampel dalam menjawab pertanyaan.
b. Pertanyaan berupa soal-soal essai, dimana sampel menjawab pertanyaan dengan menulis jawaban dengan kata-kata sendiri.

2. Menyebarkan kuisioner di SMAN 3 Denpasar pada tanggal 30 Oktober 2006 dan di SMKN 5 Denpasar pada tanggal 1 November 2006. Setelah para sampel memperoleh kuisioner, mereka langsung mengisinya di hadapan penulis sekitar 5 menit dan kemudian mengumpulkan kuisioner tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari terpengaruhinya jawaban mereka dengan perkataan orang lain sehingga jawaban yang mereka tulis sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi sebagai penari Bali paruh waktu.

4.1. Alasan Remaja untuk Bekerja Paruh Waktu
alasan utama yang mendorong para remaja untuk bekerja paruh waktu sebagai penari adalah mencari pengalaman dalam bekerja dan meningkatkan kemampuan dalam menari. Kedua alasan itu merupakan yang paling utama karena alasan-alasan tersebut sama-sama dipilih oleh 12 orang sampel dan hal itu berarti bahwa 70,59% dari 17 sampel memilih kedua alasan tersebut mengapa mereka berkarir dalam bidang seni walaupun mereka masih duduk di bangku SMA atau SMK. Apabila ingin meningkatkan kemampuan dalam menari Bali, tentu saja remaja dapat meningkatkannya melalui bekerja paruh waktu sebagai penari Bali karena sebelum pentas di hotel maupun di objek wisata lainnya, penari Bali paruh waktu tentunya harus mempersiapkan segalanya dengan latihan menari terus-menerus sehingga pada akhirnya kemampuannya dapat terus berkembang.
Alasan kedua adalah menambah uang saku mereka dengan bekerja sebagai penari Bali paruh waktu. Hal ini dapat kita lihat juga di tabel 4.1 bahwa 8 orang sampel memilihnya. Jadi, 47,06% dari 17 sampel memilih alasan tersebut. Tentunya, bila remaja ingin mendapat uang saku yang lebih banyak, mereka harus melakukan suatu usaha, dan salah satunya bekerja sebagai penari Bali paruh waktu.
Mengisi waktu luang, merupakan alasan terbanyak ketiga yang dipilih oleh 7 orang sampel. Jadi, 41,18% dari 17 sampel memilih alasan tersebut. Seperti yang telah dibahas pada bab 2.1. bahwa remaja yang memiliki waktu luang yang banyak, akan sangat baik bila hobi maupun bakatnya dalam menari dapat disalurkan melalui bekerja paruh waktu sebagai penari Bali.
Sedangkan itu, alasan yang paling sedikit dipilih oleh para sampel adalah bahwa kondisi keuangan keluarga lemah. Sebanyak 3 orang sampel atau sekitar 17,65% dari 17 sampel memilih alasan tersebut. Sangatlah membanggakan bila remaja yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke bawah, bekerja paruh waktu demi menghasilkan uang dimana uang tersebut dapat membantu keuangan keluarganya.

4.2. Manfaat Bekerja Paruh Waktu sebagai Penari Bali

Alasan yang mendorong para remaja untuk bekerja paruh waktu pada tabel 4.1. dapat menunjukkan manfaat utama dari kegiatan tersebut, yaitu:

4.2.1. Menambah Uang Saku
Dalam hal ini, remaja bahkan juga dapat menghasilkan uang saku dengan usaha sendiri. Dengan uang saku yang lebih banyak, remaja tentu saja dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan bahkan dapat membelikan sesuatu kepada keluarga dan orang lain.
Menurut para sampel, pendapatan per bulan dari hasil menari di hotel, restoran, maupun di tempat pariwisata, tidaklah tetap. Hal itu berdasarkan jumlah pesanan menari setiap bulannya. Rata-rata, setiap kali mereka menari dengan jangka waktu antara 15 menit sampai dengan 2 jam, mereka mendapatkan honor sebesar dengan rentangan Rp 80.000 sampai dengan Rp 200.000. Semakin lama menarinya, semakin besar pula honornya. Sedangkan itu, setiap minggunya mereka mendapat tawaran menari yang tidak tetap, yaitu sebanyak 1 sampai dengan 4 kali. Jadi, setiap bulannya mereka menari berkisar 4 sampai dengan 16 kali.
Dari tabel 4.2, rata-rata pendapatan per bulan untuk setiap sampel adalah Rp 511.765. Angka ini didapat dari menjumlahkan semua pendapatan per bulan tiap sampel, kemudian dibagi dengan jumlah sampel (rata-rata per bulan = Rp 8.700.000 : 17). Jumlah penghasilan tersebut cukuplah besar untuk remaja yang masih duduk dibangku SMA/SMK. Mayoritas, 15 sampel (88,24% dari 17 sampel) menggunakan uang yang mereka peroleh untuk memenuhi dan membeli kebutuhan pribadi mereka, seperti membeli pakaian, jajanan, perhiasan, maupun barang-barang lainnya yang dibutuhkan oleh remaja SMA/SMK. Selain itu, 3 orang sampel (17,65% dari 17 sampel) juga dapat membelikan sesuatu untuk orang lain dari uang saku yang mereka peroleh dari kerja paruh waktu mereka.

4.2.2. Ditabung
Setiap uang yang diperoleh, akan sangat baik dan bermanfaat bila sebagian dari sisa uang kita tabung, apakah di celengan ataupun di bank karena dengan menabung dari masa muda, di masa tua kita tidak perlu cemas akan kekurangan uang. Karenanya, 8 orang di antaranya (47,06% dari 17 sampel) menyisihkan uang yang mereka peroleh untuk ditabung. Selain itu, 8 orang sampel tersebut mengaku bahwa dengan menabung, mereka dapat mengatur pengeluaran dengan baik.

4.2.3. Membayar Uang Sekolah
Beberapa sampel sangatlah mengagumkan, karena 4 orang di antaranya (23,53% dari 17 sampel) menggunakan uang yang mereka peroleh untuk membayar uang sekolah. Ditambah lagi, 3 di antara 4 orang sampel yang menggunakan uangnya untuk membayar uang sekolah, berasal dari keluarga yang tingkat perekonomiannya lemah. Karenanya, mereka sangat membantu perekonomian keluarganya.


4.2.4. Manfaat Lainnya
Selain tiga keuntungan utama di atas, penari Bali paruh waktu juga mempunyai keuntungan lainnya, yaitu:
1. Dapat memanajemen waktu untuk belajar di sekolah, belajar menari, dan bekerja dengan baik.
2. Meningkatkan kemampuan menari, dan juga menambah percaya diri, terutama ketika tampil menari di atas panggung. Khusus untuk para sampel yang jam tayang menarinya lebih padat, mereka semakin dikenal oleh banyak orang.
3. Dapat lebih mencintai seni dan budaya daerah Bali, karena mereka selalu terjun langsung ke dalam kegiatan menari Bali.
4. Menambah pengalaman dalam bekerja sehingga pengetahuan mereka mengenai dunia kerja juga bertambah. Dalam perekrutan tenaga kerja baru oleh suatu perusahaan, selain dilihat tingkat pendidikannya, ada tidaknya pengalaman kerja juga menentukan diterima tidaknya. Jadi, bagi remaja yang sudah mempunyai banyak pengalaman kerja, hal itu akan mempermudahkannya mendapatkan pekerjaan di masa mendatang.
5. Dikarenakan mereka terbiasa hidup mandiri, pikiran dan tindakan menjadi lebih dewasa.
6. Memperluas hubungan dengan orang lain, misalnya dengan sesama penari, pemilik sanggar tari, penata rias dan busana, maupun dengan pemilik suatu perusahaan yang memberi tawaran untuk menari.

Bila dibandingkan dengan para remaja zaman sekarang, tindakan mereka patutnya ditiru oleh remaja lainnya karena mereka menggunakan waktu luang mereka dengan positif. Mereka yang terbiasa hidup mandiri, tidak akan menjadi beban di keluarganya karena sudah dapat menghasilkan uang sendiri dengan cara yang halal, tidak melanggar hukum, yaitu bekerja paruh waktu sebagai penari Bali.

4.3. Kerugian dari Bekerja Paruh Waktu sebagai Penari Bali

Setiap pekerjaan, pasti ada kerugian yang dialami, walaupun jumlahnya tidak teralu banyak.
4.3.1. Capek dan Pulang Larut Malam
Pada tabel 4.3. terlihat bahwa permasalah utama yang dihadapi oleh penari Bali paruh waktu adalah pulang larut malam setelah bekerja dan merasa capek/lelah. Kedua kerugian tersebut sama-sama dipilih oleh 7 orang siswa (41,18% dari 17 sampel). Mereka menuturkan bahwa kebanyakan orderan untuk menari Bali dilaksanakan pada malam hari, sehingga setiap kali bekerja, pulangnya bisa larut malam dan terkadang mereka mendapat teguran dari orang tua. Kerugian utama lainnya yaitu merasa capek karena latihan menari terus untuk mempersiapkan diri dalam pementasan tari Bali. Sebelum tampil di atas panggung untuk menari selama 15 menit sampai dengan 2 jam, mereka harus dirias dahulu kurang lebih selama 1 jam. Ditambah lagi kalau pulangnya larut malam, tentu saja mereka merasa lelah.

4.3.2. Berkurangnya Waktu untuk Bersantai
Dikarenakan kesibukan mereka sebagai penari Bali paruh waktu, maka waktu yang tersedia untuk bersantai berkurang. Tidak seperti remaja lainnya yang tidak bekerja yang dapat bersantai-santai, para remaja yang bekerja paruh waktu sebagai penari Bali harus bekerja setiap minggunya sebanyak 1 hingga 4 kali. Di hari Minggu, tentu saja banyak remaja dapat bersantai-santai, namun sebagian penari Bali harus merelakan waktunya untuk bekerja di hari libur tersebut sehingga waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan teman dapat berkurang.

4.3.3. Sulit Mengatur Waktu
Walaupun demikian, hampir semua sampel mengaku bahwa mereka dapat mengatur waktu untuk belajar, baik dilaksanakan di sekolah, rumah, maupun tempat les, dan waktu untuk bekerja dengan baik, walaupun mereka harus latihan menari setiap harinya dan bekerja. Namun, 3 orang sampel (17,65% dari 17 sampel) mengaku bahwa mereka tidak dapat mengatur waktu tersebut karena mereka harus merelakan waktu untuk les supaya dapat bekerja ataupun terkadang tidak dapat belajar karena kesibukan mereka sebagai penari Bali paruh waktu. Walaupun sebagian dari mereka tidak dapat mengatur waktu untuk belajar dan bekerja, hal itu tidak menurunkan prestasi seorang sampel pun dalam sekolah. Tidak seorang pun (0% dari 17 sampel) menyatakan bahwa prestasi akademis maupun non-akademis mereka di sekolah berkurang.

4.3.4. Meminimalkan Kerugian
Sebenarnya, menurut Roy Sembel (2006), mereka dapat meminimalkan kerugian tersebut supaya kegiatan di luar sekolah tak mengganggu studi, dengan membuat jadwal belajar dan jadwal bekerja. Selain itu, kurangi atau hilangkan kegiatan yang membuang waktu. Mereka juga memerlukan berkomitmen untuk melaksanakan jadwal yang telah dibuat dengan disiplin.
Di balik kerugian yang mereka dapat, sesungguhnya mereka dapat mengambil hikmahnya yaitu bahwa mereka akan dapat menjadi remaja yang mandiri karenanya, terutama dalam memenuhi kebutuhan pribadi. Mereka juga terbiasa sibuk sejak awal, sehingga bila mereka kuliah, sesibuk apapun kegiatannya, mereka akan merasa biasa-biasa saja, tidak seperti remaja lainnya yang sebelumnya jarang mendapat kesibukan yang nantinya dapat menjadi stres karena hal itu semua.

4.4. Bekerja Paruh Waktu sebagai Bentuk Melestarikan Seni Tari Bali

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa salah satu manfaat yang didapat remaja sebagai penari Bali paruh waktu adalah lebih mencintai seni dan budaya daerah Bali. Sebagai penari Bali mereka juga dituntut untuk menari secara profesional. Dengan demikian, mereka akan selalu mempelajari berbagai macam tarian Bali, seperti tari Oleg Tabulilingan, Sekar Jagat, Legong Keraton, Ramayana, Makepung, Pendet, dan sebagainya, dan dapat mengajarkannya kembali kepada orang lain. Dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali, remaja akan semakin mencintai kesenian dan kebudayaan daerah. Hal itu berarti bahwa remaja sudah berpartisipasi dalam melestarikan seni budaya daerah. Remaja merupakan generasi penerus kesenian dan kebudayaan daerah yang sudah ada sejak dahulu kala. Apabila tidak ada kesadaran di dalam diri remaja untuk melestarikan seni budaya daerah, terutama tari Bali, maka lama kelamaan seni budaya daerah tersebut akan musnah.
Melestarikan seni budaya Bali melalui kesenian tari Bali, berarti ikut mengajegkan budaya Bali dari sisi kesenian tradisional. Di samping itu, dengan tetap menjaga dan melestarikan seni budaya, diharapkan Bali akan tetap ajeg (dalam satu kesatuan yang utuh) di tengah derasnya terpaan badai modernisasi dan globalisasi.
Anonim A (2006) juga menambahkan bahwa dengan melestarikan seni budaya tradisional, terutama seni tari Bali, hal tersebut menunjukkan bahwa remaja di Bali sudah memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negara ini. Dengan menjaga dan melestarikan seni tari Bali yang merupakan satu-satunya aset tidak ternilai yang dimiliki Bali, maka hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Bali mencintai seni budaya untuk kepentingan nasional.

P E N U T U P

5.1. Simpulan

Dari semua uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal yang berkaitan dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali pada pelajar SMA dan SMK, yaitu:
4.2.2. Alasan Bekerja Paruh Waktu
Alasan yang mendorong pelajar SMA dan SMK untuk bekerja paruh waktu adalah:
1. Mencari pengalaman bekerja, karena dengan mempunyai banyak pengalaman bekerja, akan mempermudah mereka dalam memperoleh pekerjaan di masa mendatang.
2. Meningkatkan kemampuan menari, karena semua remaja yang berhobi menari pasti ingin meningkatkan kemampuan menarinya.
3. Menambah uang saku, karena mereka merasa bahwa uang saku mereka kurang dan ingin menambah uang saku mereka dengan bekerja.
4. Ingin mengisi waktu luang mereka yang banyak dengan positif.
5. Keuangan keluarga lemah, sehingga tumbuh keinginan pada diri mereka untuk membantu keuangan keluarganya.

4.2.3. Manfaat Bekerja Paruh Waktu
Remaja dapat memperoleh keuntungan yang banyak dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali paruh waktu, di antaranya:
1. Dapat memperoleh uang saku lebih banyak sehingga dapat membeli sendiri kebutuhan pribadi dan bahkan dapat membelikan sesuatu untuk orang lain, karena pendapatan rata-rata per bulan untuk setiap remaja sekitar Rp 500.000an (tepatnya Rp 511.765).
2. Dapat menabung uang yang mereka peroleh untuk menjamin masa depan yang baik.
3. Menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa.
4. Dapat membayar uang sekolah, apalagi remaja itu berasal dari keluarga yang keuangannya lemah, hal itu sangat membanggaakan.
5. Meningkatkan kemampuan menari sehingga mencintai seni tari Bali.

4.2.4. Kerugian Bekerja Paruh Waktu
Kerugian yang dialami oleh penari Bali paruh waktu adalah:
1. Merasa lelah/capek karena latihan menari terus atau karena bekerja.
2. Sering pulang larut malam.
3. Berkurangnya waktu untuk bersantai dan berkumpul dengan keluarga.
4. Sulit mengatur waktu antara waktu untuk belajar dan bekerja.

4.2.5. Melestarikan Seni Tari Bali
Sebagai penari Bali, mereka juga dituntut untuk menari secara profesional. Dengan demikian, mereka akan selalu mempelajari berbagai macam tarian Bali, dan dapat mengajarkannya kembali ke orang lain sehingga tari Bali selalu mempunyai generasi penerus. Hal ini semua berarti bahwa mereka telah berpartisipasi secara langsung dalam melestarikan seni tari Bali. Dengan menjaga dan melestarikan seni budaya, maka akan mempermudah terwujudnya ajeg Bali.

5.2. Saran

Pada akhirnya, penulis menyarankan kepada seluruh remaja di Bali untuk selalu mengisi waktunya dengan kegiatan positif yang tentunya dapat mengembangkan bakat mereka dan bahkan dapat menghasilkan uang, apakah dengan bekerja paruh waktu, mengikuti banyak perlombaan, maupun usaha yang lainnya. Dalam bekerja paruh waktu, disarankan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.
Dengan mengetahuinya manfaat yang sangat besar yang dapat diperoleh dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali, penulis mengharapkan kepada seluruh remaja di Bali, khususnya di Denpasar, agar mau berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam melestarikan seni budaya daerah, terutama tari Bali, dengan bekerja sebagai penari Bali, atau dengan hanya mempelajarinya walaupun bukan secara keseluruhan.

BIODATA PENULIS


PENULIS 1
Nama : Alex Raharja Hafil
Tempat dan Tanggal Lahir: Denpasar, 30 Agustus 1990
Alamat : Jl. Nangka gg XI no. 17, Denpasar
Telepon : 081 23814704
No. induk : 7193
Kelas : XI IPA 5
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar
No. Telepon Sekolah : (0361) 234293
Jabatan dalam OSIS : Anggota

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
1. Penanganan Terhadap Perilaku Tidak Sehat pada Masyarakat dalam Melakukan Diet Bulimia Nervosa.
2. Rehabilitasi Hutan Mangrove demi Perbaikan Ekosistem Biota Akuatik dan Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pantai.
3. Efektifitas Pengurangan Pencemaran Lingkungan dengan Mengolah Limbah Garmen Menjadi Batako.
4. Ekstrak Batang Pisang Batu (Musa brachycarpa) sebagai Sampo Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Kerontokan Rambut.

Penghargaan Ilmiah :
1. Finalis LKTI se-Jawa Bali di Fakultas Teknik Kimia Universitas Merdeka Malang (2006).
2. Finalis LKTI se-Bali di Mangrove Information Centre Bali (2006).


PENULIS 2
Nama : I Gusti Ayu Nita Kusuma Dewi
Tempat dan Tanggal Lahir: Abiansemal, 24 Juni 1990
Alamat : Jl. Yani Utara, Perumahan Yani Permai
Telepon : (0361) 7824823
No. induk : 7322
Kelas : XI IPA 3
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar
No. Telepon Sekolah : (0361) 234293
Jabatan dalam OSIS : Anggota

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
1. Penanganan Terhadap Perilaku Tidak Sehat pada Masyarakat dalam Melakukan Diet Bulimia Nervosa.
2. Ekstrak Batang Pisang Batu (Musa brachycarpa) sebagai Sampo Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Kerontokan Rambut.

Penghargaan Ilmiah : -


PENULIS 3
Nama : I Wayan Yoginanda Sunggraha
Tempat dan Tanggal Lahir: Denpasar, 15 Mei 1990
Alamat : Jl. Telaga Ayu gg Celuk III no. 5E, Kuta
Telepon : (0361) 705551
No. induk : 7373
Kelas : XI IPA 5
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar
No. Telepon Sekolah : (0361) 234293
Jabatan dalam OSIS : Anggota

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
1. Ozon Diancam CFC.
2. Penanganan Terhadap Perilaku Tidak Sehat pada Masyarakat dalam Melakukan Diet Bulimia Nervosa.

Penghargaan Ilmiah : -

Read More......

Tuesday, May 27, 2008

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.), Terhadap Volume Minyak yang Dihasilkan Dalam Proses Pembuatan Minyak Kelapa Secara Tradisional


Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah berupa herba dari Famili Caricaceae yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh semua orang. Tanaman ini, berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat, bahkan hingga kawasan sekitar Meksiko dan Coasta Rica. Tanaman ini, tumbuh subur pada areal atau daerah dengan ketinggian 600 – 700 meter di atas permukaan laut. Pada daerah sub tropika yang cukup panas pun, pepaya dapat hidup dan tumbuh subur, seperti misalnya di Florida atau Hawaii ( Kompas, 2006 ).
Jenis tanaman ini, secara umum termasuk dalam klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Clasis : Dicotyledonae
Ordo : Cistales
Familia : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
Tanaman pepaya tumbuh subur pada suhu 15OC dan pada temperatur antara 22O – 26O C yang merupakan suhu optimal bagi tumbuhan ini untuk melangsungkan proses fotosintesis. Selain itu, tanaman yang tumbuh subur pada curah hujan antara 1500 – 2000 mm setahun menghendaki tanah gembur serta netral keasamannya ( Putra, 2006 ). Tanah-tanah yang kaya akan bahan organik, baik drainasenya serta memiliki pH 6,5 – 7 merupakan tanah yang ideal untuk pertanaman pepaya. Hal ini disebabkan, karena akar pepaya tergolong peka terhadap air yang menggenang. Bila tanah tempat pertumbuhan pepaya tergenang air 2 – 3 hari saja, akan menyebabkan akar membusuk yang diikuti matinya keseluruhan bagian tanaman.


Kandungan Kimia

Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya L. mengandung alkaloida, saponin, dan tlavonoida, di samping itu daun dan akar juga mengandung politenol dan bijinya mengandung saponin.

Enzim Papain
Enzim papain adalah enzim yang terdapat dalam getah pepaya, merupakan jenis enzim proteolitik yaitu enzim yang mengkatalis ikatan peptida pada protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino ( Atiri, 2007 ). Kualitas getah sangat menentukan aktivitas proteolitik dan kualitas tersebut tergantung pada bagian tanaman asal getah tersebut. Menurut Choirul dalam Biologi 3, bagian tanaman yang mengandung getah dengan kulaitas aktivitas proteolitik yang baik ada pada bagian buah, batang dan daun. Sifat enzim papain antara lain dapat bekerja secara optimum pada suhu antara 50-60oC dan pH antara 5-7, serta memiliki aktifitas proteolitik antara 70-1000 unit/gram.
Beberapa kegunaan dari enzim papain adalah:
1. Pengempuk daging. Daging apabila dikenakan enzim papain maka terjadi reaksi pemutusan ikatan peptida sehingga rantai protein terpotong-potong membentuk rantai yang lebih pendek.
2. Pembuatan konsentrat protein. Papain dapat digunakan sebagai bahan penghancur sisa atau buangan industri pengalengan ikan menjadi bubur ikan atau konsentrat protein hewani.
3. Proses hidrolisa protein. Enzim papain dapat digunakan untuk proses hidrolisis protein. Namun kegiatan ini dapat berlangsung kalau pH, suhu, kemurnian, dan konsentrasi papain berada pada kondisi yang tepat. Hal ini sering digunakan pada pembuatan pepton dan asam-asam amino. Pepton dan asam amino umumnya sangat dibutuhkan pada penelitian mikrobiologi..
4. Anti dingin. Dalam industri bir enzim papain digunakan sebagai anti dingin, artinya pada saat cuaca dingin biasanya bir yang ada dalam botol terlihat adanya endapan. Endapan yang tampak seperti kabut putih yang ada dalam botol bir dapat diatasi dengan penambahan papain. Dengan demikian bir akan tampak jernih.


Minyak Kelapa

Minyak Kelapa merupakan minyak yang dihasilkan dari pemanasan santan dan merupakan produk yang belakangan ini dijauhi masyarakat. Kebanyakan orang awam dan para ahli kimia menganggap minyak kelapa terlalu banyak mengandung asam lemak jenuh yang tidak baik bagi kesehatan ( Pradnya, 2006 ). Hal ini disebabkan, karena bila dikonsumsi dapat meningkatkan kolesterol dan menyebabkan sakit jantung
Menurut Setiadji (2004), minyak kelapa yang dianggap racun malah menjadi obat antivirus, termasuk virus HIV. Minyak tersebut mengandung 48 asam laurat, yaitu asam lemak jenuh dengan rantai karbon sedang (Medium Chain Fatty Acids = MCFA) yang mudah diserap oleh tubuh, sehingga dapat langsung masuk dalam metabolisme menghasilkan energi, dan tidak menyebabkan timbunan jaringan lemak. Selain itu, di dalam tubuh asam laurat akan diubah menjadi monolaurat yang bersifat antimikrobia, bila minyak kelapa ini diproses tanpa memanfaatkan panas.
Minyak kelapa berdasarkan proses pembuatannya dibagi dalam dua garis besar, yaitu minyak kelapa murni dan minyak kelapa sawit. Minyak kelapa murni, dewasa ini marak dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Karena dalam proses pembuatannya, tidak melewati masa pemanasan, sehingga lemak yamg dikandung merupakan lemak tak jenuh. Sedangkan minyak kelapa sawit, melewati dua tahap pemanasan, sehingga mengandung kadar lemak jenuh yang dua kali lebih tinggi daripada minyak kelapa murni ( Marwani, 2002 ).
Kadar lemak dalam tubuh, tidak hanya dipengaruhi oleh lemak minyak saja, namun proses pengolahan makanan yang akan dikonsumsi juga merupakan faktor dari tinggi rendahnya kadar lemak dalam tubuh. Hal ini dibuktikan pada makanan yang diolah dengan cara ditumis akan menghasilkan lemak yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan makanan yang digoreng ( Pradnya, 2006 ).


METODE PEMBUATAN

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) perlakuan termasuk kelompok kontrol, yang menggunakan 5 (lima) ulangan. Adapun perlakuan-perlakuan yang dicoba, adalah :
1. Kontrol (Po), yang terdiri dari santan murni (100 ml) tanpa menggunakan ekstrak daun papaya.
2. Perlakuan 1 (P1), yang terdiri dari 90 ml santan yang dicampur dengan 10 ml ekstrak daun papaya.
3. Perlakuan 2 (P2), yang terdiri dari 80 ml santan yang dicampur dengan 20 ml ekstrak daun papaya.

Alat dan Bahan

1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Lima gelas ukur (50 ml, 80 ml, 100 ml,200 ml, 900 ml)
 Pisau
 Dua waskom
 Saringan kawat
 Parutan kelapa
 Pengaduk
 Spatula
 Spiritus
 Kaki tiga
 Cawan petri
 Penjepit
 Korek api
 Neraca ohaus

2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Daun pepaya + 0,5 kg
 Dua biji kelapa
 Aquades + 1,4 liter

Prosedur Penelitian

1. Cara Pembuatan Santan
Adapun prosedur dalam pembuatan santan, adalah sebagai berikut :
1. Kelapa di belah kemudian diambil dagingnya, lalu dicuci.
2. Parut kelapa dengan parutan dan hasilnya kumpulkan di waskom.
3. Isi parutan kelapa dengan + 1,4 Liter aquades. Lalu diremas-remas.
4. Hentikan meremas setelah aquades remasan berwarna putih atau terlihat santannya.
5. Saringlah aquades santan dengan saringan, kemudian kumpulkan di waskom yang lain. Ukurlah hasil saringan hingga + 1,4 Liter.

2. Cara Pembuatan Ekstrak dari Daun Pepaya
Adapun prosedur dalam pembuatan ekstrak daun papaya, adalah sebagai berikut :
1. Pilih daun pepaya yang segar kemudian tumbuklah hingga ekstrak dari daun pepaya tersebut keluar.
2. Lakukan kegiatan 1 hingga menghasilkan ekstrak sebanyak 150 ml.
3. Tampunglah hasil ekstrak kedalam gelas ukur (200 ml)

3. Pelaksanaan Eksperimen
(Proses Pembuatan Minyak Secara Tradisional)
Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.), terhadap volume minyak yang dihasilkan dalam proses pembuatan minyak kelapa secara tradisional.
Cara Kerja :
1. Buatlah pengelompokkan gelas kontrol, perlakuan 1, dan perlakuan 2 hingga setiap kelompok terdiri dari 5 gelas
2. Pisahkan kelompok gelas kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2.
3. Isi masing-masing gelas pada kontrol dengan 100 ml santan. Sedangkan, gelas pada perlakuan 1 diisi dengan 90 ml santan yang ditambahkan 10 ml ekstrak daun pepaya dan gelas pada perlakuan 2 diisi dengan 80 ml santan yang ditambahkn 20 ml ekstrak daun papaya. Aduk semua gelas hingga rata.
4. Diamkan santan +1 jam hingga terbentuk creamnya.
5. Setelah +1 jam, pisahkan cream dari masing-masing gelas di setiap kontrol dan perlakuan dari setiap ulangan.
6. Lalu ukurlah hasil cream dari masing-masing gelas.
7. Kelompokkan gelas-gelas yang berisi cream hasil dari kontrol, perlakuan 1 dan 2. kemudian panasi di atas labu spiritus hingga menghasilkan butiran-butiran minyak.
8. Ukurlah volume minyak yang dihasilkan dari tiap-tiap gelas.
9. Kelompokkan minyak yang dihasilkan, sesuai dengan kontrol dan perlakuannya masing-masing.
10. Amati perbedaan volume dan kualitas minyak yang dihasilkan dari proses pembuatan minyak kelapa dari masing-masing gelas (kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2).




Pembahasan

Perlakuan dengan menambahkan ekstrak daun pepaya dalam proses pembuatan minyak kelapa secara tradisional, berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan volume minyak kelapa yang dihasilkan. Hal ini dapat diketahui, dari hasil rata-rata yang didapat oleh perlakuan penambahan 10 ml ekstrak daun pepaya dengan 90 ml santan kelapa yang mencapai 4,14 ml serta perlakuan penambahan 20 ml ekstrak daun pepaya dengan 80 ml santan kelapa yang mencapai 5,06 ml.
Bila dibandingkan dengan kontrol (perlakuan 100 ml santan kelapa) yang hasilnya hanya 2,84 ml, maka perlakuan penambahan 10 ml ekstrak daun pepaya dalam 90 ml santan kelapa mengalami rata-rata peningkatan sebesar 1,3 ml. Dan berdasarkan uji statistik, yang menggunakan uji BNT, menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata.
Demikian pula bila kontrol dibandingkan dengan perlakuan penambahan 20 ml ekstrak daun pepaya dalam 80 ml santan kelapa, juga mengalami peningkatan rata-rata volume sebesar 2,22 ml. Dan berdasarkan uji statistik, yang menggunakan uji BNT, menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata.
Peningkatan hasil volume minyak kelapa yang sangat besar ini, disebabkan oleh pengaruh enzim papain yang terdapat pada ekstrak daun pepaya, yang merupakan enzim proteolitik dan dapat memisahkan secara sempurna ikatan antara lemak dan protein didalam santan.

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang kami lakukan, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pemberian ekstrak daun pepaya dalam proses pembuatan minyak kelapa, secara sangat nyata dapat meningkatkan volume minyak yang dihasilkan dalam proses pembuatan minyak kelapa secara tradisional
2. Perlakuan penambahan ekstrak daun pepaya sebanyak 10 ml pada 90 ml santan kelapa, meningkatan rata-rata volume minyak kelapa sebesar 1,3 ml jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan penambahan 20 ml ekstrak daun pepaya pada 80 ml santan kelapa, dapat meningkatkan rata-rata volume minyak kelapa sebesar 2,22 ml dibandingkan dengan kelompok kontrol.
3. Peningkatan hasil volume minyak kelapa yang sangat besar, disebabkan oleh pengaruh enzim papain yang terdapat pada ekstrak daun pepaya, yang merupakan enzim proteolitik dan dapat memisahkan secara sempurna ikatan antara lemak dan protein didalam santan.

Read More......

“PENINGKATAN SISTEM IMUN TUBUH DENGAN MENGKONSUMSI TBL-12 SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI HIV (Human Immunodeficiency Virus) PADA SEL LIMFOSIT T CD4+”

Komponen Sistem Kekebalan Tubuh

Menurut Anonim b (2007), fungsi dari sistem kekebalan adalah sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ yang dicangkokkan oleh sistem kekebalan dianggap sebagai benda asing yang harus dilawan oleh tubuh.
Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut. Sel-sel utama dari sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih (leukosit), yaitu makrofag, neutrofil dan limfosit. Zat-zat yang bisa larut adalah molekul-molekul yang tidak terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan (misalnya plasma darah). Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen, dan sitokinesis. Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan untuk menarik dan mengaktifkan sel-sel lainnya. Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan jantung dari sistem kekebalan dan membantu mengenali benda asing.
Makrofag adalah leukosit berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan zat-zat lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan. Antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun. Sitoplasma makrofag mengandung granula yang terdiri dari beberapa bahan kimia dan enzim yang terbungkus dalam suatu selaput. Enzim dan bahan kimia ini memungkinkan makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba yang tertelan olehnya. Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar.
Neutrofil adalah leukosit yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang ditelan olehnya. Neutrofil ditemukan di dalam darah. Untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus. Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama. Makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya. Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba menyebabkan pembentukan nanah.
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama, yaitu:
1. Limfosit B, berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi. Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang limfosit B. Antibodi juga disebut immunoglobulin
2. Limfosit T, terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan. Salah satu jenisnya yaitu sel T CD4+.
3. Sel-sel pemusnah alami, memiliki ukuran yang agak lebih besar daripada limfosit T dan B, dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah mereka terbentuk, tidak perlu melewati pematangan dan proses belajar seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).


Karakteristik Virus HIV

Anonim a (2007) menyatakan bahwa HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia dan menghancurkan atau merusak fungsi sel, terutama sel limfosit T CD4+ dan makrofag yang merupakan komponen vital dari sistem kekebalan. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan sistem kekebalan tubuh secara cepat, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
Mengenai ukurannya, diameternya sekitar 120 nm (seper 120 milyar meter, atau sekitar 60 kali lebih kecil dari sel darah merah). Virus ini ditandai dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari sel-host awal yang mengelilingi sebuah pusat protein/RNA (Ribonucleat Acid).
Menurut Sarwo Handayani (2007), HIV merupakan virus yang termasuk dalam familia Retrovirus, yaitu kelompok virus berselubung yang mempunyai enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang dapat mensintesis kopi DNA dari genom RNA. Virus ini masuk dalam sub familia Lentivirus berdasarkan kesamaan segmen genom, morfologi dan siklus hidupnya. Sub familia Lentivirus mempunyai sifat dapat menyebabkan infeksi laten, mempunyai efek sitopatik yang cepat, perkembangan penyakit lama dan dapat fatal. HIV dikelompokkan berdasarkan struktur genom dan antigenitasnya yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah virus yang lebih berbahaya dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia. Sedangkan itu, HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat. Kedua spesies berawal di Afrika barat dan tengah, melompat dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis.
Partikel HIV terdiri atas inti yang mengandung 2 untai DNA identik yang dikelilingi oleh selubung fosfolipid. Genom HIV mengandung gen env yang mengkode selubung glikoprotein, gen gag yang mengkode protein inti yang terdiri dari protein p17 (BM 17.000) dan p24 (BM 24.000), dan gen pol yang mengkode beberapa enzim yaitu: reverse trans-riptase, integrase dan protease. Enzim-enzim tersebut dibutuhkan dalam proses replikasi. Selain itu HIV juga mengan-dung 6 gen lainnya yaitu vpr, vif, rev, nef, dan vpu yang mengatur proses reproduksi virus. Bagian paling infeksius dari HIV adalah selubung glikoprotein gp 120 (BM 120.000) dan gp 41 (BM 41.000). Kedua glikoprotein tersebut sangat berperan pada perlekatan virus HIV dengan sel hospes pada proses infeksi.

Mekanisme Infeksi HIV

Menurut Muhareva Raekiansyah (2007), bila dibandingkan dengan infeksi virus lain, infeksi HIV termasuk unik dalam beberapa hal. Pertama, target HIV adalah sel-sel imun itu sendiri yang menjadi jantung pertahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Penurunan imunitas yang perlahan-lahan berujung pada tahap imunodefisiensi yang menyebabkan mudahnya muncul infeksi oportunis. Kedua, sebagian genom HIV dapat menyisip pada kromosom sel inang sebagai provirus dan menyebabkan infeksi laten yang sewaktu-waktu dapat bermanifestasi. Provirus ini sama sekali tidak terjamah oleh sistem imun. Ketiga, virus HIV memiliki tingkat mutasi yang tinggi sehingga memberikannya kemampuan berkelit dari sistem imun. Implikasinya, HIV tidak sepenuhnya dapat dibersihkan oleh sistem imun namun menjadi menetap untuk selamanya.
HIV hanya dapat dikontrol oleh sistem imun sampai sekitar enam minggu saja setelah infeksi. Selama periode ini, jumlah virus dalam darah (titer) dapat ditekan sampai 1/100-10.000 kali dibanding jumlah puncaknya pada awal infeksi. Namun, selepas itu, dengan melalui proses seleksi mulailah muncul varian-varian yang tidak dikenal lagi oleh sistem imun baik selular (sel-sel memori) maupun oleh antibodi sendiri. Justru kemudian varian-varian virus ini dapat menyerang balik sehingga jumlah virus menjadi tidak terkontrol.
Infeksi HIV menyebabkan deplesi (kekurangan) imunitas seluler tertama sel limfosit T CD4+. Selain jumlah sel T CD4+ yang menurun, infeksi HIV juga menyebabkan menurunnya fungsi sel tersebut. Dikarenakan fungsi sel T CD4+ berkaitan erat dengan fungsi sel imunitas lain seperti sel B, monosit, makrofag dll, maka terganggunya fungsi sel T tersebut akan menyebabkan fungsi imunitas humoral juga terganggu.
Terkait kemampuan mutasi virus, HIV-1 mampu berkembang cepat menjadi belasan subtipe (clade) hanya dalam beberapa dekade. Bila ditelusuri silsilah genetiknya, subtipe-subtipe ini terpisah dalam tiga kelompok utama: M (mayority), O (outliers), dan N (non-M/non-O). Dua kelompok terakhir terbatas dijumpai di Afrika Barat. Sementara kelompok M yang terdiri dari 10 subtipe (A sampai J) bertanggung jawab atas pandemi global HIV/AIDS. Selain itu berkembang pula rekombinan antar-subtipe, misalnya rekombinan antara subtipe A dan E yang disebut CRF01 AE. Hal ini mengindikasikan tingginya variasi genetik virus yang tentunya berimplikasi pada upaya pengembangan vaksin.

Profil Mengenai TBL-12

Menurut Anonim c (2007) TBL-12 merupakan konsentrat berbentuk gel yang sangat unik, tersusun atas protein, enzim, vitamin, mineral dan mineral sisa, omega 3, dan 18 asam amino. Produk ini diekstrak dari teripang (sejenis spesies invertebrata lautan) dan rumput laut dimana kedua bahan tersebut dipanen dari wilayah Pasifik Selatan. Kebanyakan asam amino yang terkandung di dalamnya, penting untuk sistem imun tubuh yang kuat.
Anonim e (2007) menambahkan pula bahwa TBL-12 dibuat dari produk lautan alami dan tidak mengandung bahan tambahan dan pengawet, jadi menyimpannya harus sesegar mungkin, yaitu disimpan dalam keadaan beku sampai saatnya digunakan. TBL-12 merupakan makanan, sama dengan ikan atau daging, jadi tidak akan ada efek buruk atau interaksi dengan pengobatan apapun yang sedang dilakukan. TBL-12 diproses sebagai gel bercahaya, kemudian dibekukan sampai langkah terakhir sebagai prosedur manufaktur. Mengenai pemakaiannya, TBL-12 dikonsumsi sebanyak dua unit setiap hari pada pagi dan malam hari dimana masing-masing unit sebanyak 20ml. TBL-12 harus disimpan dalam keadaan membeku sampai saatnya digunakan.
Sementara sekarang ini banyak produk di pasaran mengklaim untuk menguatkan sistem imunitas kita, kebanyakan mempunyai sedikit ataupun tidak ada penelitian untuk mendukung klaim mereka. Penyesuaian imunitas merupakan metode dimana sistem imun bekerja. Apakah dia dilemahkan atau overaktif, respons ini mengizinkan sistem imun untuk berfungsi sepatutnya. TBL-12 sudah diuji secara klinis. Studi klinis telah membuktikan zat-zat penyembuh yang luar biasa sedikitnya 15 tahun, tapi produk ini telah digunakan berabad-abad oleh masyarakat Cina untuk penyembuhan nyeri sendi, peradangan, dan kondisi lainnya.
TBL-12 telah dibuktikan secara klinis oleh penelitian di Amerika Serikat dimana relawan dibutuhkan untuk mengkonsumsi 20 ml TBL-12 setiap harinya. Setiap bulan, mereka dievaluasi untuk penambahan berat, improvisasi di parameter laboratorium, improvisasi dalam kesehatan (mengurangi gejala dan meningkatkan dalam perasaan baik sebagaimana ditetapkan oleh laporan) dan toleransi TBL-12.
TBL-12 ditoleransi dengan baik dengan izin diperkirakan lebih baik daripada 80 persen dari dosis yang diterima. Tidak ada satupun efek samping yang dilaporkan oleh kelompok relawan. Sel leukosit T CD4+ pada relawan juga meningkat dari 346 menjadi 374. Jadi, TBL-12 dapat menjadi pengobatan HIV dengan kombinasi pengobatan anti-retroviral. Hasil ini mendukung kelanjutan studi tentang TBL-12 untuk lebih mendefinisikan secara jelas aturannya dalam penyembuhan infeksi HIV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Asam Amino dalam TBL-12 untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh

TBL-12 merupakan konsentrat berbentuk gel yang sangat unik, tersusun atas protein, enzim, vitamin, mineral dan mineral sisa, omega 3, dan 18 asam amino. Kebanyakan asam amino yang terkandung di dalamnya, penting untuk sistem imun tubuh yang kuat.
Adapun ke-18 asam amino yang terkandung di dalamnya menurut Anonim d (2007), yaitu: Alanine, Asam Aspartic, Asam Glutamic, HistidineIsoleucine, Lysine, Phenyalanine, Serine, Tyrosine, Arginine, Cysteine, Glycine, Hydroxyproline, Leucine, Methionine, Proline, Threonine, Valine.
Disamping itu, 8 mineral yang terkandung di dalamnya adalah Calsium, Potassium, Manganese, Iron, Magnesium, Sodium, Selenium, Zinc.
Di antara ke 18 asam amino tersebut, beberapa di antaranya berperan dalam menjaga imunitas tubuh, yaitu:
1. Alanine, berperan utama dalam mentransfer nitrogen dari jaringan periferal (sekitarnya) ke hati. Ia merupakan sumber energi yang sangat penting untuk jaringan otot, otak, dan sistem saraf pusat. Ia memperkuat sistem imun dengan memproduksi antibodi, membantu metabolisme gula dan asam organik.
2. Lysine, merupakan salah satu asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi tubuh. Lysine mampu menyerap kalsium, membantu dari susunan yang membentuk tulang rawan dan penyambungan jaringan. Ia juga membantu dalam produksi antibodi, hormon, dan enzim. Penelitian baru-baru ini membuktikan bahwa Lysine berguna dalam menyokong kekebalan pada bibir.
3. Serine, merupakan asam amino non-esensial yang dibutuhkan dalam pertumbuhan otot dan sistem imun tubuh yang sehat, metabolisme lemak dan gliserol pada sistem pencernaan, mengsintesis gliserol di sekeliling benang-benang saraf. Ia berupa sebuah sumber penyimpanan glukosa oleh hati dan otot. Peran terpentingnya yaitu membantu memperkuat sistem imun dengan menyediakan antibodi.
4. Glycine, merupakan asam amino non-esensial, dibutuhkan tubuh untuk pemeliharaan sistem saraf pusat. Ia membantu pelepasan oksigen yang dibutuhkan dalam proses pembuatan sel dan menyediakan nutrisi untuk menyokong sistem imun yang kuat dan melawan radikal bebas. Pada lelaki, glycine berperan penting dalam pemeliharaan fungsi prostat yang sehat.

Peranan Molekul CD4 pada Patogenesis dan Efek Sitopatik HIV

Menurut Sarwo Handayani (2007), mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4 yang banyak terdapat pada sel T CD4+. Molekul ini merupakan reseptor dengan afinitas (kecenderungan suatu senyawa untuk membentuk ikatan kimia dengan senyawa lain) paling tinggi terhadap protein selubung virus. Banyak bukti menunjukkan bahwa molekul CD4 memegang peranan penting pada patogenesis dan efek sitopatik HIV. Percobaan tranfeksi gen yang mengkode molekul CD4 pada sel tertentu yang tidak mempunyai molekul tersebut, menunjukkan bahwa sel yang semula resisten terhadap HIV berubah menjadi rentan terhadap infeksi tersebut. Efek sitopatik ini bervariasi pada sel CD4+, narnun paling tinggi pada sel limfosit T CD4+, sel dengan densitas molekul CD4 permukaan yang paling tinggi.
Selain menginfeksi sel limfosit T CD4+, HIV dapat juga menginfeksi monosit atau makrofag lebih rendah daripada sel limfosit T, karena makrofag relatif lebih resisten. Hal ini disebabkan karena sitotoksisitas virus membutuhkan konsentrasi molekul CD4 yang cukup tinggi. Makrofag dapat terinfeksi melalui jalur bebas molekul CD4, yaitu melalui fagositosis sel lain yang terinfeksi atau endositosis melalui reseptor Fc antibodi yang mengikat HIV. Pada umumnya makrofag dapat diinfeksi oleh HIV namun tidak dapat dibunuh oleh virus ter-sebut, sehingga sering merupakan reservoir. Meskipun makrofag relatif resisten terhadap sitolisis HIV, namun seringkali fungsinya juga berkurang pada individu terinfeksi HIV. Berkurangnya fungsi makrofag tersebut meliputi menurunnya kemokinesis dan produksi sitokin. Fungsi APC pada makrofag juga menurun, kemungkinan disebabkan karena menurunnya pengaturan ekspresi MHC kelas II.

Cara Kerja Asam Amino pada TBL-12 dalam Meningkatkan Sistem Imun Tubuh

Infeksi HIV menyebabkan deplesi imunitas seluler terutama sel limfosit T CD4+. Selain jumlah sel T CD4+ yang menurun, infeksi HIV juga menyebabkan menurunnya fungsi sel tersebut. Karena fungsi sel T CD4+ berkaitan erat dengan fungsi sel imunitas lain seperti sel B, monosit, makrofag, dll, maka terganggunya fungsi sel T tersebut akan menyebabkan fungsi imunitas humoral juga terganggu. Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4. Molekul ini merupakan reseptor dengan afinitas (kecenderungan suatu senyawa untuk membentuk ikatan kimia dengan senyawa lain) paling tinggi terhadap protein selubung virus. Partikel HIV yang berikatan dengan molekul CD4 kemudian masuk ke dalam sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes dengan bantuan gp 41 yang terdapat pada permukaan membran virus.
Jadi, dengan mengkonsumsi TBL-12, berarti asam amino yang terdapat di dalamnya dapat berikatan dengan molekul CD4 dengan merendahkan afinitasnya terhadap protein selubung virus sehingga selubung glikoprotein virus gp 120 tidak dapat melekat pada molekul CD4 dan tidak dapat melakukan infeksi. Selain itu, asam amino pada TBL-12 juga dapat merendahkan densitas CD4 sehingga dapat menekan efek sitopatik, yaitu efek dimana sel yang semula resisten terhadap HIV berubah menjadi rentan terhadap infeksi tersebut. Dengan menekan bahkan meniadakan efek sitopatik, maka sel limfosit T CD4+ akan tetap resisten terhadap HIV. Juga, sel leukosit T CD4+ pada pemakai TBL-12 juga meningkat dari 346 menjadi 374. Dengan demikian, penggunaan TBL-12 menyebabkan individu menjadi resisten terhadap infeksi HIV.





PENUTUP

Simpulan
Dari data – data serta uraian yang telah kami paparkan pada karya tulis ini, maka kami dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya :

1.TBL-12 merupakan konsentrat berbentuk gel yang sangat unik yang merupakan ekstrak dari teripang dan rumput laut, tersusun atas protein, enzim, vitamin, mineral dan mineral sisa, omega 3, dan 18 asam amino. Kebanyakan asam amino yang terkandung di dalamnya, penting untuk sistem imun tubuh yang kuat karena mereka dapat menghasilkan antibodi dan meningkatkan kekebalan sel limfosit T CD4+ terhadap infeksi HIV. Asam–asam amino tersebut yaitu Alanine, Lysine, Serine, dan Glycine.

2. Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4. Selain itu, banyak bukti yang menunjukkan bahwa molekul CD4 yang banyak terdapat pada sel leukosit T CD4+, memegang peranan penting pada patogenesis dan efek sitopatik HIV. Karena hal itu, hanya sel T CD4+ saja yang rentan terhadap infeksi HIV.

3. Dengan mengkonsumsi TBL-12, berarti asam amino yang terdapat di dalamnya dapat berikatan dengan molekul CD4 dengan merendahkan afinitasnya terhadap protein selubung virus sehingga selubung gp 120 pada HIV tidak dapat melekat pada molekul CD4 dan tidak dapat melakukan infeksi. Asam amino pada TBL-12 juga dapat merendahkan densitas CD4 sehingga dapat menekan efek sitopatik, yaitu efek dimana sel yang semula resisten terhadap HIV berubah menjadi rentan terhadap infeksi tersebut. Dengan menekan bahkan meniadakan efek sitopatik, maka sel limfosit T CD4+ akan tetap resisten terhadap HIV. Pemakaian TBL-12 juga meningkat sel leukosit T CD4+ dari 346 menjadi 374. Dengan demikian, penggunaan TBL-12 menyebabkan individu menjadi resisten terhadap infeksi HIV.

Read More......