Saturday, June 14, 2008

“PARTISIPASI PELAJAR SMA DAN SMK DI DENPASAR DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TARI BALI MELALUI BEKERJA PARUH WAKTU SEBAGAI PENARI BALI”

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, sering kita jumpai remaja-remaja yang kurang mengisi waktu luang mereka dengan efektif, seperti bermalas-malasan di rumah, berkeliaran di pusat perbelanjaan dengan berseragam sekolah, maupun bergerombol sambil merokok di tepi jalan untuk melihat orang-orang yang berlalu-lalang. Kegiatan semacam ini dirasakan kurang bermanfaat dan dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti mengganggu ketentraman, terjadi perkelahian antar pelajar, dan sebagainya.
Di balik itu semua, sesungguhnya remaja mempunyai waktu luang yang sangat banyak, dari waktu pulang sekolah di siang hari, hingga malam hari menjelang waktu tidur. Walaupun waktu luang tersebut dikurangi oleh kegiatan belajar tambahan, seperti les mata pelajaran tertentu, tentunya mereka masih memiliki waktu luang yang banyak. Padahal, mereka dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif, seperti bekerja paruh waktu, apakah itu sebagai penjaga toko, penari, pengantar koran, dan sebagainya.
Bekerja paruh waktu tidaklah seperti pekerjaan tetap, melainkan bekerja hanya apabila ada tawaran kerja dan bekerja di saat-saat tertentu saja. Dengan bekerja paruh waktu, remaja akan terbiasa mengatur waktu belajar dan bekerja paruh waktu dengan baik, dan tentu saja mereka akan mempunyai pengalaman dalam bekerja sehingga kemungkinan mereka menjadi penggangguran sangat kecil karena pengalaman bekerja sangat dibutuhkan dalam memperoleh pekerjaan. Selain itu, hal terpenting yang dapat mereka peroleh dari bekerja paruh waktu adalah menghasilkan uang, apalagi remaja tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu, tentu saja bekerja paruh waktu dapat membantu keuangan keluarganya. Tidak seperti remaja lainnya yang hanya mengandalkan uang pemberian orang tua, mereka sudah terbiasa mandiri dalam memenuhi dan membeli kebutuhan pribadinya dari hasil usaha sendiri.
Sementara itu, bekerja paruh waktu khususnya di bidang seni, merupakan kegiatan yang bukan semata-mata hanya mencari uang, melainkan juga kegiatan dalam mengembangkan bakat, misalnya sebagai penyanyi, penari, dan pemain alat musik. Sehubungan dengan hal itu, kita mengetahui bahwa remaja di Bali sangat berperan penting dalam melestarikan seni budaya daerah Bali. Khususnya di bidang kesenian daerah, bekerja paruh waktu sebagai penari Bali tentu saja dapat melestarikan seni budaya Bali, karena secara langsung remaja tersebut melatih kemampuan menari Bali mereka terus menerus dan selanjutnya kemampuan mereka tersebut dapat mereka salurkan kepada orang lain. Hal itu berarti bahwa seni budaya daerah, khususnya tari Bali, akan tetap ada generasi penerusnya dan tidak akan punah. Dengan lestarinya seni budaya daerah, maka hal itu akan membantu terwujudnya ajeg Bali.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berminat untuk mengetahui lebih dalam mengenai manfaat dan kerugian dari bekerja paruh waktu yang dilakukan oleh remaja, khususnya pelajar SMA maupun SMK di Denpasar. Karena itu, penulis ingin mencoba menuangkannya ke dalam karya tulis ini dengan judul “PARTISIPASI PELAJAR SMA DAN SMK DI DENPASAR DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TARI BALI MELALUI BEKERJA PARUH WAKTU SEBAGAI PENARI BALI”.

1.2. Tujuan Penelitian

Penulisan karya tulis ini terbagi atas dua jenis tujuan, yaitu:
1.2.1. Tujuan khusus : penulisan karya tulis ini bertujuan dalam mengikuti lomba kaya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa.
1.2.2. Tujuan umum : ingin mengetahui manfaat dan kerugian yang dialami oleh remaja yang bekerja paruh waktu sebagai penari Bali, serta alasan apa yang menyebabkan mereka termotivasi untuk bekerja dalam bidang itu.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggunaan Waktu Luang pada Remaja

Menurut Y.M. Uttamo Thera (2006), kegiatan di masa remaja seringnya hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah. Selain itu, mereka bebas karena tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif, maka lingkungan sekitarnya dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut-ngebutan di jalan raya, mencuri, merusak, minum minuman keras, menggunaka narkoba, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus dan tersesat.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
Elmi Zulkarnain (2006) juga menambahkan bahwa hal yang perlu diingat adalah kegiatan apa saja yang dipilih oleh seseorang, khususnya remaja, sebagai pengisi waktu luangnya tidak lepas dari dukungan keluarga dan pihak sekolah berupa penyediaan sarana dan juga dorongan atau pengarahan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tertentu. Selain itu kegiatan waktu luang yang dipilih seseorang juga dipengaruhi oleh keperibadiannya.
Orang tua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir, dan juga agar mereka dapat menghasilkan uang sendiri. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang.

2.2. Bekerja Paruh Waktu Sambil Sekolah

Di dalam meraih kesuksesan, kita perlu berkomitmen untuk melaksanakan jadwal yang dibuat dengan disiplin. Walaupun para remaja disibukkan oleh sekolah atau kuliah, tidak ada salahnya kalau mereka mencoba mengenal dunia kerja daripada menbuang waktu untuk nongkrong dan main saja, apalagi kalau masih mempunyai waktu luang di luar jam kuliah atau sekolah.
Sebenarnya, kalau kita kreatif selalu ada peluang untuk mencari tambahan penghasilan. Kita dapat melirik bidang yang berhubungan dengan program studi yang sedang kita ikuti. Menurut pakar manajemen, Roy Sembel (2006), akan sangat baik bila kita bekerja sambilan dengan memanfaatkan ilmu yang sedang dipelajari.
Ia mencontohkan bahwa mahasiswa jurusan statistika bisa mulai berkiprah dengan cara memberikan konsultasi pengolahan data. Begitupula dengan mahasiswa jurusan Bahasa Inggris yang memberikan jasa penerjemahan. Sebenarnya, hal seperti ini sudah mulai dilakukan sebagian kecil mahasiswa yang kuliah di ITB, UI, IPB, Unpad, dan berbagai kampus lainnya. Biasanya, terkadang ada mahasiswa yang sudah mulai mengajarkan ilmu yang dimilikinya di bimbingan belajar. Bahkan, ada pula yang mengajar privat dari rumah ke rumah. Tidak tertutup kemungkinan juga bila pelajar SMA yang menggunakan ilmunya maupun bakatnya untuk bekerja, karena seperti yang kita ketahui bahwa banyak pelajar SMA yang mengambil kegiatan-kegiatan positif yang dapat mengembangkan bakatnya, seperti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
Apabila kita tertarik dengan dunia seni atau entertainment, kita dapat juga berkiprah di dunia itu tanpa harus meninggalkan tugas utama sebagai pelajar atau mahasiswa. Sebagai bukti, beberapa aktor dan aktris bisa sukses di dunia entertainment tanpa harus meninggalkan sekolah atau kuliah. Kendati demikian, kita juga melihat kalau sebenarnya minat mahasiswa dan pelajar SMA di Indonesia untuk kuliah atau belajar sambil bekerja, terbilang sangat minim. Bagi mahasiswa, hal ini diakibatkan beban kuliah di Indonesia yang sangat berat. Apalagi, total SKS per semester di Indonesia terbilang besar. Bisa juga minat mahasiswa untuk bekerja rendah, karena honor hasil kerja yang mereka terima sangat kecil. Padahal, mahasiswa di luar negeri yang kuliah sambil bekerja paruh waktu adalah hal yang biasa, seperti yang terjadi di Australia. Bagi para remaja Australia, bekerja sambil sekolah merupakan hal yang biasa. Sejak usia 15 tahun, mereka sudah mulai diperbolehkan untuk bekerja paruh waktu untuk dapat bekerja di restoran, kafe, atau menjadi kasir di pasar swalayan. Karenanya, tidak mengherankan remaja di sana sudah punya pengalaman kerja. Dari hasil kerja paruh waktu seperti itu, banyak remaja yang dapat membiayai kuliahnya sendiri.

2.3. Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja

alex
Menurut Zainun Mu’tadin (2006), setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya karena tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Kemandirian atau sering juga disebut berdiri diatas kaki sendiri, merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis sang remaja di masa mendatang. Di tengah berbagai gejolak perubahan yang terjadi di masa kini, betapa banyak remaja yang mengalami kekecewaan dan rasa frustrasi mendalam terhadap orang tua karena tidak kunjung mendapatkan apa yang dinamakan kemandirian.
Mencermati kenyataan tersebut, peran orang tua sangatlah besar dalam proses pembentukan kemandirian seseorang. Orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dengan demikian, anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri.

Kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
- Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
- Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
- Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
- Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian, remaja akan remaja dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap dan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.

METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel

Populasinya adalah para pelajar SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) dan SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan Negeri) yang berlokasi di kota Denpasar. Populasi juga harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tari di sekolahnya dengan pertimbangan bahwa pelajar SMAN dan SMAKN yang mengikuti kegiatan tersebut berarti mereka mempunyai bakat dan pengalaman lebih banyak dalam menari, sehingga kemungkinan besar mereka mempunyai pekerjaan paruh waktu sebagai penari.
Dalam pemilihan sampel, penulis menggunakan teknik Non Random Sampling, dimana tidak semua anggota populasi mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi sampel, karena tidak semua anggota ekstrakulier tari di masing-masing sekolah mempunyai pekerjaan paruh waktu sebagai penari Bali. Pemilihan sampel dilakukan di SMAN 3 Denpasar dan SMKN 5 Denpasar karena kedua sekolah tersebut merupakan sekolah yang banyak berkecimpung dalam dunia kesenian daerah, jadi memudahkan penulis untuk bertemu dengan para anggota kelompok ekstrakulikuler tari di masing-masing sekolah. Teknik pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Penulis mengumpulkan anggota ekstrakulikuler tari di masing-masing sekolah di suatu tempat.
2. Setelah terkumpul, penulis menanyakan satu per satu kepada mereka apakah mereka memiliki pekerjaan paruh waktu sebagai penari Bali. Bagi yang menjawab ya, berarti mereka terpilih menjadi sampel, dan kemudian penulis langsung memberikan kuisioner kepada mereka, dan selang beberapa menit, penulis mengumpulkan kuisioner yang telah diberikan.
Karena itu, dalam penelitian ini terpilihlah sampel berupa 6 (enam) pelajar SMAN 3 Denpasar, dan 11 (sebelas) pelajar SMKN 5 Denpasar dengan jumlah sampel total sebanyak 17 (tujuh belas) orang. Dalam penelitian ini, walaupun sampel berasal dari sekolah yang berbeda, hal itu tidak mempengaruhi pengelompokkan data berasal dari sekolah yang sama, sehingga penulis menganggap bahwa semua sampel tersebut adalah sama.

3.4. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang penulis jalani dalam memperoleh data dari para sampel, yaitu:
1. Penyusunan kuisioner dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2006. Dalam kuisioner, penulis mengajukan dua jenis pertanyaan, yaitu:
a. Pertanyaan berupa soal-soal berpilihan ganda, dimana sampel menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang sudah tersedia. Mereka boleh memilih jawaban lebih dari satu. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah sampel dalam menjawab pertanyaan.
b. Pertanyaan berupa soal-soal essai, dimana sampel menjawab pertanyaan dengan menulis jawaban dengan kata-kata sendiri.

2. Menyebarkan kuisioner di SMAN 3 Denpasar pada tanggal 30 Oktober 2006 dan di SMKN 5 Denpasar pada tanggal 1 November 2006. Setelah para sampel memperoleh kuisioner, mereka langsung mengisinya di hadapan penulis sekitar 5 menit dan kemudian mengumpulkan kuisioner tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari terpengaruhinya jawaban mereka dengan perkataan orang lain sehingga jawaban yang mereka tulis sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi sebagai penari Bali paruh waktu.

4.1. Alasan Remaja untuk Bekerja Paruh Waktu
alasan utama yang mendorong para remaja untuk bekerja paruh waktu sebagai penari adalah mencari pengalaman dalam bekerja dan meningkatkan kemampuan dalam menari. Kedua alasan itu merupakan yang paling utama karena alasan-alasan tersebut sama-sama dipilih oleh 12 orang sampel dan hal itu berarti bahwa 70,59% dari 17 sampel memilih kedua alasan tersebut mengapa mereka berkarir dalam bidang seni walaupun mereka masih duduk di bangku SMA atau SMK. Apabila ingin meningkatkan kemampuan dalam menari Bali, tentu saja remaja dapat meningkatkannya melalui bekerja paruh waktu sebagai penari Bali karena sebelum pentas di hotel maupun di objek wisata lainnya, penari Bali paruh waktu tentunya harus mempersiapkan segalanya dengan latihan menari terus-menerus sehingga pada akhirnya kemampuannya dapat terus berkembang.
Alasan kedua adalah menambah uang saku mereka dengan bekerja sebagai penari Bali paruh waktu. Hal ini dapat kita lihat juga di tabel 4.1 bahwa 8 orang sampel memilihnya. Jadi, 47,06% dari 17 sampel memilih alasan tersebut. Tentunya, bila remaja ingin mendapat uang saku yang lebih banyak, mereka harus melakukan suatu usaha, dan salah satunya bekerja sebagai penari Bali paruh waktu.
Mengisi waktu luang, merupakan alasan terbanyak ketiga yang dipilih oleh 7 orang sampel. Jadi, 41,18% dari 17 sampel memilih alasan tersebut. Seperti yang telah dibahas pada bab 2.1. bahwa remaja yang memiliki waktu luang yang banyak, akan sangat baik bila hobi maupun bakatnya dalam menari dapat disalurkan melalui bekerja paruh waktu sebagai penari Bali.
Sedangkan itu, alasan yang paling sedikit dipilih oleh para sampel adalah bahwa kondisi keuangan keluarga lemah. Sebanyak 3 orang sampel atau sekitar 17,65% dari 17 sampel memilih alasan tersebut. Sangatlah membanggakan bila remaja yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke bawah, bekerja paruh waktu demi menghasilkan uang dimana uang tersebut dapat membantu keuangan keluarganya.

4.2. Manfaat Bekerja Paruh Waktu sebagai Penari Bali

Alasan yang mendorong para remaja untuk bekerja paruh waktu pada tabel 4.1. dapat menunjukkan manfaat utama dari kegiatan tersebut, yaitu:

4.2.1. Menambah Uang Saku
Dalam hal ini, remaja bahkan juga dapat menghasilkan uang saku dengan usaha sendiri. Dengan uang saku yang lebih banyak, remaja tentu saja dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan bahkan dapat membelikan sesuatu kepada keluarga dan orang lain.
Menurut para sampel, pendapatan per bulan dari hasil menari di hotel, restoran, maupun di tempat pariwisata, tidaklah tetap. Hal itu berdasarkan jumlah pesanan menari setiap bulannya. Rata-rata, setiap kali mereka menari dengan jangka waktu antara 15 menit sampai dengan 2 jam, mereka mendapatkan honor sebesar dengan rentangan Rp 80.000 sampai dengan Rp 200.000. Semakin lama menarinya, semakin besar pula honornya. Sedangkan itu, setiap minggunya mereka mendapat tawaran menari yang tidak tetap, yaitu sebanyak 1 sampai dengan 4 kali. Jadi, setiap bulannya mereka menari berkisar 4 sampai dengan 16 kali.
Dari tabel 4.2, rata-rata pendapatan per bulan untuk setiap sampel adalah Rp 511.765. Angka ini didapat dari menjumlahkan semua pendapatan per bulan tiap sampel, kemudian dibagi dengan jumlah sampel (rata-rata per bulan = Rp 8.700.000 : 17). Jumlah penghasilan tersebut cukuplah besar untuk remaja yang masih duduk dibangku SMA/SMK. Mayoritas, 15 sampel (88,24% dari 17 sampel) menggunakan uang yang mereka peroleh untuk memenuhi dan membeli kebutuhan pribadi mereka, seperti membeli pakaian, jajanan, perhiasan, maupun barang-barang lainnya yang dibutuhkan oleh remaja SMA/SMK. Selain itu, 3 orang sampel (17,65% dari 17 sampel) juga dapat membelikan sesuatu untuk orang lain dari uang saku yang mereka peroleh dari kerja paruh waktu mereka.

4.2.2. Ditabung
Setiap uang yang diperoleh, akan sangat baik dan bermanfaat bila sebagian dari sisa uang kita tabung, apakah di celengan ataupun di bank karena dengan menabung dari masa muda, di masa tua kita tidak perlu cemas akan kekurangan uang. Karenanya, 8 orang di antaranya (47,06% dari 17 sampel) menyisihkan uang yang mereka peroleh untuk ditabung. Selain itu, 8 orang sampel tersebut mengaku bahwa dengan menabung, mereka dapat mengatur pengeluaran dengan baik.

4.2.3. Membayar Uang Sekolah
Beberapa sampel sangatlah mengagumkan, karena 4 orang di antaranya (23,53% dari 17 sampel) menggunakan uang yang mereka peroleh untuk membayar uang sekolah. Ditambah lagi, 3 di antara 4 orang sampel yang menggunakan uangnya untuk membayar uang sekolah, berasal dari keluarga yang tingkat perekonomiannya lemah. Karenanya, mereka sangat membantu perekonomian keluarganya.


4.2.4. Manfaat Lainnya
Selain tiga keuntungan utama di atas, penari Bali paruh waktu juga mempunyai keuntungan lainnya, yaitu:
1. Dapat memanajemen waktu untuk belajar di sekolah, belajar menari, dan bekerja dengan baik.
2. Meningkatkan kemampuan menari, dan juga menambah percaya diri, terutama ketika tampil menari di atas panggung. Khusus untuk para sampel yang jam tayang menarinya lebih padat, mereka semakin dikenal oleh banyak orang.
3. Dapat lebih mencintai seni dan budaya daerah Bali, karena mereka selalu terjun langsung ke dalam kegiatan menari Bali.
4. Menambah pengalaman dalam bekerja sehingga pengetahuan mereka mengenai dunia kerja juga bertambah. Dalam perekrutan tenaga kerja baru oleh suatu perusahaan, selain dilihat tingkat pendidikannya, ada tidaknya pengalaman kerja juga menentukan diterima tidaknya. Jadi, bagi remaja yang sudah mempunyai banyak pengalaman kerja, hal itu akan mempermudahkannya mendapatkan pekerjaan di masa mendatang.
5. Dikarenakan mereka terbiasa hidup mandiri, pikiran dan tindakan menjadi lebih dewasa.
6. Memperluas hubungan dengan orang lain, misalnya dengan sesama penari, pemilik sanggar tari, penata rias dan busana, maupun dengan pemilik suatu perusahaan yang memberi tawaran untuk menari.

Bila dibandingkan dengan para remaja zaman sekarang, tindakan mereka patutnya ditiru oleh remaja lainnya karena mereka menggunakan waktu luang mereka dengan positif. Mereka yang terbiasa hidup mandiri, tidak akan menjadi beban di keluarganya karena sudah dapat menghasilkan uang sendiri dengan cara yang halal, tidak melanggar hukum, yaitu bekerja paruh waktu sebagai penari Bali.

4.3. Kerugian dari Bekerja Paruh Waktu sebagai Penari Bali

Setiap pekerjaan, pasti ada kerugian yang dialami, walaupun jumlahnya tidak teralu banyak.
4.3.1. Capek dan Pulang Larut Malam
Pada tabel 4.3. terlihat bahwa permasalah utama yang dihadapi oleh penari Bali paruh waktu adalah pulang larut malam setelah bekerja dan merasa capek/lelah. Kedua kerugian tersebut sama-sama dipilih oleh 7 orang siswa (41,18% dari 17 sampel). Mereka menuturkan bahwa kebanyakan orderan untuk menari Bali dilaksanakan pada malam hari, sehingga setiap kali bekerja, pulangnya bisa larut malam dan terkadang mereka mendapat teguran dari orang tua. Kerugian utama lainnya yaitu merasa capek karena latihan menari terus untuk mempersiapkan diri dalam pementasan tari Bali. Sebelum tampil di atas panggung untuk menari selama 15 menit sampai dengan 2 jam, mereka harus dirias dahulu kurang lebih selama 1 jam. Ditambah lagi kalau pulangnya larut malam, tentu saja mereka merasa lelah.

4.3.2. Berkurangnya Waktu untuk Bersantai
Dikarenakan kesibukan mereka sebagai penari Bali paruh waktu, maka waktu yang tersedia untuk bersantai berkurang. Tidak seperti remaja lainnya yang tidak bekerja yang dapat bersantai-santai, para remaja yang bekerja paruh waktu sebagai penari Bali harus bekerja setiap minggunya sebanyak 1 hingga 4 kali. Di hari Minggu, tentu saja banyak remaja dapat bersantai-santai, namun sebagian penari Bali harus merelakan waktunya untuk bekerja di hari libur tersebut sehingga waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan teman dapat berkurang.

4.3.3. Sulit Mengatur Waktu
Walaupun demikian, hampir semua sampel mengaku bahwa mereka dapat mengatur waktu untuk belajar, baik dilaksanakan di sekolah, rumah, maupun tempat les, dan waktu untuk bekerja dengan baik, walaupun mereka harus latihan menari setiap harinya dan bekerja. Namun, 3 orang sampel (17,65% dari 17 sampel) mengaku bahwa mereka tidak dapat mengatur waktu tersebut karena mereka harus merelakan waktu untuk les supaya dapat bekerja ataupun terkadang tidak dapat belajar karena kesibukan mereka sebagai penari Bali paruh waktu. Walaupun sebagian dari mereka tidak dapat mengatur waktu untuk belajar dan bekerja, hal itu tidak menurunkan prestasi seorang sampel pun dalam sekolah. Tidak seorang pun (0% dari 17 sampel) menyatakan bahwa prestasi akademis maupun non-akademis mereka di sekolah berkurang.

4.3.4. Meminimalkan Kerugian
Sebenarnya, menurut Roy Sembel (2006), mereka dapat meminimalkan kerugian tersebut supaya kegiatan di luar sekolah tak mengganggu studi, dengan membuat jadwal belajar dan jadwal bekerja. Selain itu, kurangi atau hilangkan kegiatan yang membuang waktu. Mereka juga memerlukan berkomitmen untuk melaksanakan jadwal yang telah dibuat dengan disiplin.
Di balik kerugian yang mereka dapat, sesungguhnya mereka dapat mengambil hikmahnya yaitu bahwa mereka akan dapat menjadi remaja yang mandiri karenanya, terutama dalam memenuhi kebutuhan pribadi. Mereka juga terbiasa sibuk sejak awal, sehingga bila mereka kuliah, sesibuk apapun kegiatannya, mereka akan merasa biasa-biasa saja, tidak seperti remaja lainnya yang sebelumnya jarang mendapat kesibukan yang nantinya dapat menjadi stres karena hal itu semua.

4.4. Bekerja Paruh Waktu sebagai Bentuk Melestarikan Seni Tari Bali

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa salah satu manfaat yang didapat remaja sebagai penari Bali paruh waktu adalah lebih mencintai seni dan budaya daerah Bali. Sebagai penari Bali mereka juga dituntut untuk menari secara profesional. Dengan demikian, mereka akan selalu mempelajari berbagai macam tarian Bali, seperti tari Oleg Tabulilingan, Sekar Jagat, Legong Keraton, Ramayana, Makepung, Pendet, dan sebagainya, dan dapat mengajarkannya kembali kepada orang lain. Dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali, remaja akan semakin mencintai kesenian dan kebudayaan daerah. Hal itu berarti bahwa remaja sudah berpartisipasi dalam melestarikan seni budaya daerah. Remaja merupakan generasi penerus kesenian dan kebudayaan daerah yang sudah ada sejak dahulu kala. Apabila tidak ada kesadaran di dalam diri remaja untuk melestarikan seni budaya daerah, terutama tari Bali, maka lama kelamaan seni budaya daerah tersebut akan musnah.
Melestarikan seni budaya Bali melalui kesenian tari Bali, berarti ikut mengajegkan budaya Bali dari sisi kesenian tradisional. Di samping itu, dengan tetap menjaga dan melestarikan seni budaya, diharapkan Bali akan tetap ajeg (dalam satu kesatuan yang utuh) di tengah derasnya terpaan badai modernisasi dan globalisasi.
Anonim A (2006) juga menambahkan bahwa dengan melestarikan seni budaya tradisional, terutama seni tari Bali, hal tersebut menunjukkan bahwa remaja di Bali sudah memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negara ini. Dengan menjaga dan melestarikan seni tari Bali yang merupakan satu-satunya aset tidak ternilai yang dimiliki Bali, maka hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Bali mencintai seni budaya untuk kepentingan nasional.

P E N U T U P

5.1. Simpulan

Dari semua uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal yang berkaitan dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali pada pelajar SMA dan SMK, yaitu:
4.2.2. Alasan Bekerja Paruh Waktu
Alasan yang mendorong pelajar SMA dan SMK untuk bekerja paruh waktu adalah:
1. Mencari pengalaman bekerja, karena dengan mempunyai banyak pengalaman bekerja, akan mempermudah mereka dalam memperoleh pekerjaan di masa mendatang.
2. Meningkatkan kemampuan menari, karena semua remaja yang berhobi menari pasti ingin meningkatkan kemampuan menarinya.
3. Menambah uang saku, karena mereka merasa bahwa uang saku mereka kurang dan ingin menambah uang saku mereka dengan bekerja.
4. Ingin mengisi waktu luang mereka yang banyak dengan positif.
5. Keuangan keluarga lemah, sehingga tumbuh keinginan pada diri mereka untuk membantu keuangan keluarganya.

4.2.3. Manfaat Bekerja Paruh Waktu
Remaja dapat memperoleh keuntungan yang banyak dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali paruh waktu, di antaranya:
1. Dapat memperoleh uang saku lebih banyak sehingga dapat membeli sendiri kebutuhan pribadi dan bahkan dapat membelikan sesuatu untuk orang lain, karena pendapatan rata-rata per bulan untuk setiap remaja sekitar Rp 500.000an (tepatnya Rp 511.765).
2. Dapat menabung uang yang mereka peroleh untuk menjamin masa depan yang baik.
3. Menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa.
4. Dapat membayar uang sekolah, apalagi remaja itu berasal dari keluarga yang keuangannya lemah, hal itu sangat membanggaakan.
5. Meningkatkan kemampuan menari sehingga mencintai seni tari Bali.

4.2.4. Kerugian Bekerja Paruh Waktu
Kerugian yang dialami oleh penari Bali paruh waktu adalah:
1. Merasa lelah/capek karena latihan menari terus atau karena bekerja.
2. Sering pulang larut malam.
3. Berkurangnya waktu untuk bersantai dan berkumpul dengan keluarga.
4. Sulit mengatur waktu antara waktu untuk belajar dan bekerja.

4.2.5. Melestarikan Seni Tari Bali
Sebagai penari Bali, mereka juga dituntut untuk menari secara profesional. Dengan demikian, mereka akan selalu mempelajari berbagai macam tarian Bali, dan dapat mengajarkannya kembali ke orang lain sehingga tari Bali selalu mempunyai generasi penerus. Hal ini semua berarti bahwa mereka telah berpartisipasi secara langsung dalam melestarikan seni tari Bali. Dengan menjaga dan melestarikan seni budaya, maka akan mempermudah terwujudnya ajeg Bali.

5.2. Saran

Pada akhirnya, penulis menyarankan kepada seluruh remaja di Bali untuk selalu mengisi waktunya dengan kegiatan positif yang tentunya dapat mengembangkan bakat mereka dan bahkan dapat menghasilkan uang, apakah dengan bekerja paruh waktu, mengikuti banyak perlombaan, maupun usaha yang lainnya. Dalam bekerja paruh waktu, disarankan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.
Dengan mengetahuinya manfaat yang sangat besar yang dapat diperoleh dengan bekerja paruh waktu sebagai penari Bali, penulis mengharapkan kepada seluruh remaja di Bali, khususnya di Denpasar, agar mau berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam melestarikan seni budaya daerah, terutama tari Bali, dengan bekerja sebagai penari Bali, atau dengan hanya mempelajarinya walaupun bukan secara keseluruhan.

BIODATA PENULIS


PENULIS 1
Nama : Alex Raharja Hafil
Tempat dan Tanggal Lahir: Denpasar, 30 Agustus 1990
Alamat : Jl. Nangka gg XI no. 17, Denpasar
Telepon : 081 23814704
No. induk : 7193
Kelas : XI IPA 5
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar
No. Telepon Sekolah : (0361) 234293
Jabatan dalam OSIS : Anggota

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
1. Penanganan Terhadap Perilaku Tidak Sehat pada Masyarakat dalam Melakukan Diet Bulimia Nervosa.
2. Rehabilitasi Hutan Mangrove demi Perbaikan Ekosistem Biota Akuatik dan Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pantai.
3. Efektifitas Pengurangan Pencemaran Lingkungan dengan Mengolah Limbah Garmen Menjadi Batako.
4. Ekstrak Batang Pisang Batu (Musa brachycarpa) sebagai Sampo Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Kerontokan Rambut.

Penghargaan Ilmiah :
1. Finalis LKTI se-Jawa Bali di Fakultas Teknik Kimia Universitas Merdeka Malang (2006).
2. Finalis LKTI se-Bali di Mangrove Information Centre Bali (2006).


PENULIS 2
Nama : I Gusti Ayu Nita Kusuma Dewi
Tempat dan Tanggal Lahir: Abiansemal, 24 Juni 1990
Alamat : Jl. Yani Utara, Perumahan Yani Permai
Telepon : (0361) 7824823
No. induk : 7322
Kelas : XI IPA 3
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar
No. Telepon Sekolah : (0361) 234293
Jabatan dalam OSIS : Anggota

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
1. Penanganan Terhadap Perilaku Tidak Sehat pada Masyarakat dalam Melakukan Diet Bulimia Nervosa.
2. Ekstrak Batang Pisang Batu (Musa brachycarpa) sebagai Sampo Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Kerontokan Rambut.

Penghargaan Ilmiah : -


PENULIS 3
Nama : I Wayan Yoginanda Sunggraha
Tempat dan Tanggal Lahir: Denpasar, 15 Mei 1990
Alamat : Jl. Telaga Ayu gg Celuk III no. 5E, Kuta
Telepon : (0361) 705551
No. induk : 7373
Kelas : XI IPA 5
Sekolah : SMA Negeri 3 Denpasar
Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah 20X, Denpasar
No. Telepon Sekolah : (0361) 234293
Jabatan dalam OSIS : Anggota

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
1. Ozon Diancam CFC.
2. Penanganan Terhadap Perilaku Tidak Sehat pada Masyarakat dalam Melakukan Diet Bulimia Nervosa.

Penghargaan Ilmiah : -

No comments: